Program Moderasi Beragama Dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia
Oleh: Aulia A. D.
Program
moderasi beragama dalam kurikulum pendidikan hingga saat ini masih terus
digalakan oleh pemerintah, program ini sudah masuk dalam Rencana Pembagunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pengertian moderasi beragama sendiri
adalah cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan
mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem.
Penerapan
program moderasi beragama dalam kurikulum pendidikan yaitu dengan perubahan
Keputusan Mentri Agama (KMA) untuk Pelajaran Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab.
Demikian juga, penghapusan materi Khilafah dan Jihad dari mata pelajaran Fiqih
dialihkan ke mata pelajaran Sejarah dan dibahas dengan perspektif moderasi.
Menag memberi penjelasan bahwa Khilafah tak lagi relevan di Indonesia.
Nilai-nilai
moderasi beragama juga diinternalisasikan oleh Kemenag melalui program
pelatihan guru dan dosen, penyusunan modul, serta madrasah ramah anak. Menag
mengaku sedang mematangkan ide menggelar lomba ceramah toleransi, menulis
cerita pendek tentang toleransi, hingga lomba karikatur toleransi dan kerukunan
umat beragama.
Moderasi
beragama jika diartikan sama halnya dengan menanamkan cara pandang Sekulerisme,
yaitu sikap dan prilaku beragama yang selalu mengambil jalan tengah dengan
tidak bersikap ekstrem dalam beragama. Sungguh hal ini sangat berbahaya karena
dapat menyembunyikan ajaran Islam dari umatnya sendiri.
Jika
dilihat dari apa yang dilakukan pemerintah saat ini untuk menerapkan moderasi
beragama, tujuannya adalah untuk menangkal Radikalisme yang ada di Indonesia.
Sungguh ini adalah ungkapan propaganda yang termasuk kepada bagian dari upaya
mengubah orisinalitas ajaran Islam. Pemerintah berkiblat kepada Barat, dan
hanya mempercayai Demokrasi sebagai sistem politik yang memandang Radikalisme
secara subjektif (pandangan negatif Barat). Akibatnya, dunia hanya tau dan
percaya bahwa Islam hanya sekedar agama rohani seperti agama-agama yang lain tanpa
ada keterlibatannya dengan politik.
Sungguh
miris pandangan seperti ini, akhirnya Islam sering kali menjadi pihak yang
tertuduh. Ajaran Islam tentang Khilafah dan jihad berusaha untuk dihapuskan dan
dilabeli dengan sesuatu yang negatif lalu menggalakkan program moderasi
beragama.
Semua dikarenakan ajaran Islam yang mereka
anggap berpotensi mengganggu kepentingan rezim, alasan dibalik ajaran Islam ini
dihapuskan. Hal ini diakibatkan oleh negara kita yang menganut sistem
Kapitalis-Sekuler, di mana agama dipisahkan dari kehidupan. Negara tidak akan
pernah berpihak bahkan menerima kehadiran Islam yang lengkap mengatur masalah
kehidupan manusia mulai dari kehidupan sehari-hari hingga mengatur masalah
politik kenegaraan.
Negara-negara Kapitalis-Sekuler menjadikan asas
manfaat sebagai tujuan utama mereka. Maka dari itu, mereka menciptakan Islam
moderat sebagai penjajah untuk menghalangi bangkitnya Islam kaffah dalam naungan
Khilafah di muka bumi.
Agar tidak mudah termakan oleh isu-isu Radikal,
kita harus mempelajari Islam secara menyeluruh dan mendakwahkannya kepada orang
lain. Sejarah Islam sejak masa kemunculannya hingga masa kekhilafahan banyak
berisi kemuliaan terhadap manusia. Dengan kita mempelajari Islam kita akan tahu
bahwa Khilafah dan jihad bukan sesuatu yang menakutkan dan berbahaya.
Dalam naungan Khilafah, bukan hanya ummat Islam
saja yang diayomi dan diberi fasilitas yang memadai, tetapi kaum non-muslim
yang berada dalam negara Daulah pun diberi kesempatan beribadah sesuai agama
mereka dan juga akan mendapat hak yang sama. Tidak ada paksaan memeluk Islam
kepada kaum non-muslim.
Tak hanya tentang paham Khilafah, jika kita
mempelajari Islam secara menyeluruh, kita akan mengetahui bahwa sebenarnya
jihad bukan peperangan seperti yang sering kali dibayangkan. Jihad tidak
seperti makna bahasanya, dalam Islam jihad ada aturannya bukan asal menyerang
dan menumpahkan darah. Konsep jihad yang sesungguhnya mengajarkan arti
perjuangan dan pengorbanan.
Kurikulum pendidikan merupakan sarana untuk membentuk generasi beriman dan
bertakwa. Telah diketahui bahwa Indonesia adalah negeri dengan penduduk Muslim
terbesar. Maka sudah selayaknya warga negara mendapatkan ilmu dan wawasan
berkualitas serta penanaman keimanan dan ajaran Islam menyeluruh bukan
setengah-setengah.
Namun berbanding terbalik dengan yang
seharusnya, kebijakan ini menghasilkan Kurikulum Pendidikan sekuler anti Islam.
Kurikulum yang menjadi rujukan mengarahkan generasi ummat memperjuangkan
tegaknya Islam diganti materi yang mendorong mereka mengganti Islam dengan sistem
buatan manusia. Generasi akan terbutakan dari Islam yang sesungguhnya, tidak
lagi mengenal Syari’at Islam secara utuh. Lalu jika ini terjadi, Islam akan
kehilangan kekuatannya sehingga mudah bagi para pembenci Islam untuk
menjatuhkan dan merusak ummat ini.
“Berhati-hatilah
kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa
yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (TQS. Al-Maidah [5]:49)
Tuduhan
Radikal jika mempelajari Islam menyeluruh sangat tidak berdasar. Langkah
moderasi akan membawa ummat ini semakin jauh dari Islam yang mulia dan ini
adalah bentuk penjajahan terhadap ummat Islam yang tidak dirasakan oleh ummat.
Maka
sebagai ummat yang sadar, kita tidak boleh cuek terhadap apa yang sedang
terjadi di tengah ummat saat ini. Terus melakukan dakwah agar Islam tidak
pernah terlupakan dan mati dari jiwa-jiwa ummat. Meyadarakan kaum Muslimin
bahwa Khilafah bukanlah ancaman namun justru penyelamat negeri-negeri dari cengkraman
Kapitalisme. Allahu A’lam Bish Shawab
Sumber:
Suarakeadilan.id
News.detik.com
Okezone.com
Komentar
Posting Komentar