Ilusi Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas
*Oleh:Ratna Juwita*
Pada 2045 mendatang, Indonesia genap berusia 100 tahun (satu abad). Pada usia emas itu, Pemerintah Indonesia sudah menetapkan sebuah mimpi besar: Menjadi bangsa yang maju, berdaulat, adil, dan makmur. Mimpi ini tertuang dalam Ringkasan Eksekutif Visi Indonesia Emas 2045 yang dirilis Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan Bappenas tahun 2019. Berisi mimpi Indonesia di tahun 2015-2045.
Untuk itu berkenaan dengan puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tahun 2024 dengan tema “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas”, Sabtu (29-6-2024), Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) Muhadjir Effendy mengatakan, keluarga merupakan penentu dan kunci dari kemajuan suatu negara. Oleh sebab itu, katanya, pemerintah saat ini tengah bekerja keras untuk menyiapkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing.
(kemenkopmk.go.id)
Siapa pun tentu boleh punya mimpi alias visi, bahkan harus. Karena mimpi atau visi itulah yang sejatinya akan membuat seseorang atau sebuah bangsa memiliki arah, tak berhenti bergerak, dan terus melakukan langkah jitu demi mewujudkan mimpi atau visi agar menjadi kenyataan bukan sekedar ilusi.Namun,menyaksikan fenomena keluarga-keluarga muslim kini begitu mengiris hati. Betapa tidak,banyak masalah serius yang terjadi pada keluarga tergambar jelas pada fakta saat ini.Seperti kemiskinan, stunting,kasus bunuh diri yang meningkat,KDRT, Perceraian dan yang lainnya.
Kapitalisme telah merusak sendi-sendi kehidupan manusia, menyebabkan porak-porandanya bangunan keluarga. Pernikahan adalah ikatan suci yang seharusnya dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang. Seharusnya pernikahan dijaga agar langgeng sampai maut memisahkan, ternyata hancur berantakan dan banyak berujung pada perceraian.
Keluarga semestinya juga menjadi tempat pertama bagi anak-anak maupun tiap anggota keluarga untuk mengenal Rabb mereka. Sayangnya, sakitnya pemikiran di tengah keluarga pastilah merembet ke diri seluruh anggota keluarga, dan ini jelas bukan sakit secara fisiknya. Dengan begitu, semua solusi seputar keluarga yang disodorkan pemerintah tidak akan pernah mampu menyentuh akar masalah. Sakitnya pemikiran di tengah masyarakat sejatinya telah turut mencemari pemikiran di keluarga. Jangan sampai keluarga muslim terbawa arus tipu daya sistem sekuler kapitalisme yang tampak menggiurkan, padahal mengandung racun berbisa.Untuk itu, kita harus jujur menerima bahwa akar masalah dari semua ini adalah sekularisme yang tegak di negeri kita, kendati berpenduduk mayoritas muslim.
Islam Memiliki gambaran keluarga ideal yang berorientasi pada akhirat tanpa melupakan dunia.Keluarga adalah institusi terkecil dalam masyarakat. Dari keluargalah awal sebuah generasi terbentuk. Siapakah yang tidak mendambakan keluarga sakinah mawadah dan rahmah? Pasti semua menginginkannya. Oleh sebab itu, bangunan keluarga ideal adalah keluarga yang kuat dan mampu menghasilkan generasi tangguh bahkan mampu membangun peradaban mulia.
Islam, sebagai din yang sempurna, telah mengatur kehidupan rumah tangga dengan sangat terperinci sehingga terwujud ketenteraman dan kasih sayang di dalam keluarga. Islam menetapkan peran dan fungsi suami adalah menjadi pemimpin rumah tangga yang memiliki kewajiban untuk menafkahi dan melindungi seluruh anggota keluarganya. Ia adalah nakhoda yang akan mengendalikan ke mana bahtera akan diarahkan, dan kepemimpinan tersebut telah Allah amanahkan ke pundak suami.Islam pun memberi kewajiban, peran dan fungsi mulia bagi istri. Ia berkewajiban untuk menaati suaminya. Di samping kewajiban, taat pada suami juga merupakan karakter seorang istri salihah.Adapun dalam kedudukannya sebagai manajer rumah, perempuan berfungsi sebagai mitra utama dari pemimpin rumah tangga, yaitu suami. Hubungan keduanya dalam rumah tangga dibangun atas dasar persahabatan dan kasih sayang dengan persahabatan yang sempurna. Semua ini berkaitan dengan peran dan fungsi suami istri dalam rumah tangga.

Komentar
Posting Komentar