Peringatan Hari Guru Nasional, Momen yang Tepat Revitalisasi Pendidikan dan Pendidik



Oleh Risky Febriyanti, S.Pd.

Hari guru Nasional seharusnya menjadi evaluasi bagi pendidikan dan pendidik. Hari guru dunia tahun ini diberi tema "Valuing teacher voices: towards a new social contract for education (menghargai suara guru: menuju kontrak sosial baru untuk pendidikan)". Secara garis besar dari tema tersebut adalah menyoal 'suara' guru yang sangat berperan dalam pendidikan.

Jika berbicara dengan pendidikan maka erat kaitannya dengan guru. Gurulah yang memiliki peran penting dalam membina peserta didiknya dan mengembangkan setiap potensi peserta didiknya. 

Namun faktanya di Indonesia sangat bertentangan. Guru menemukan banyak persoalan seperti gaji yang belum mensejahterakan seperti dikutip dari KOMPAS.com - "Alvi Noviardi, seorang guru honorer di Kabupaten Sukabumi, viral di media sosial setelah kisahnya bekerja sebagai pemulung barang bekas sepulang mengajar".

Kurikulum yang membingungkan yang menjauhkan anak dari perilaku utama. Faktanya dari awal penerapan kurikulum merdeka yang kini dikenal sebagai kurikulum nasional belum menumbuhkan hasil yang sesuai jika tujuannya adalah menjadikan profil pelajar Pancasila sebagai tolak ukur keberhasilan. Banyaknya pelajar yang tidak menunjukkan perilaku sesuai Pancasila seperti perundungan, malas belajar, disibukan dengan gawai, pacaran dan lain-lain.

Dalam sistem sekularisme (memisahkan kehidupan dengan agama) memberikan pengaruh pada jati diri guru sehingga dengan mudahnya guru melakukan perundungan dan pelecehan pada siswanya.

Seperti yang terjadi pada kasus kekerasan pada siswa dikutip dari kompas.com. Viral di media sosial seorang guru di Lamongan menampar siswanya di depan siswa yang lain berkali-kali. Oknum guru tersebut kini telah ditindaklanjuti dengan ditarik ke Dispendik. Kejadian lainnya terjadi di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. KAF (13) tewas setelah mengalami pendarahan hebat akibat terkena lemparan kayu dari seorang ustadz di pesantren tersebut.

Fakta-fakta tersebut menunjukkan sebuah daftar panjang kegagalan sistem kapitalisme-sekualarisme di bidang pendidikan yang akhirnya berdampak pada guru, siswa maupun muatan dalam kurikulum yang diterapkan.

Semua ini tidak akan terjadi jika diterapkan pendidikan sesuai ajaran Islam. Islam sangat menghormati dan memuliakan seorang guru, di masa Khalifah Umar bin Khattab seorang guru digaji 15 Dinar atau setara 4,25 gram maka gaji guru adalah 63.75 gram.

Kurikulum pendidikan yang mengutamakan akidah Islam pada pemikiran dan perbuatan peserta didik sehingga membentuk syakhsiyyah (kepribadian) Islam sehingga menghasilkan output yang baik karena peserta didik melakukan tersebut atas kesadaran dirinya sebagai makhluk Allah yang harus tunduk dan taat kepada Allah SWT.

Kriteria guru yang ditetapkan pun sangat tinggi karena tugasnya yang sangat berat yaitu membentuk syakhsiyyah Islamiyyah pada peserta didik. Dengan penerapan pendidikan demikian maka bisa mewujudkan pendidikan yang baik dimana guru dan murid yang senantiasa dalam koridor peraturan Islam karena perintah Allah SWT.

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter