TARA BASRO DAN HAK ATAS TUBUH PEREMPUAN

Oleh Restu Febriani


5 maret 2020 dunia maya digegerkan dengan unggahan foto tanpa busana di media sosial twitter dari aktris sekaligus model yang bernama lengkap Andi Mutiara Pertiwi Basro, atau yang lebih dikenal sebagai Tara Basro. Nama Tara Basro mendadak melejit dimedia-media. Ternyata demi mengekspresikan kebebasan perilaku, Tara Basro mengkampanyekan bagaimana cara menghargai atau bangga terhadap tubuh sendiri dengan berfoto semi bugil. Pro kontra pun terjadi.

Salah satu yang pro dengan foto semi bugil salah satumya seperti tulisan dari Tsamara di akun Twitter-nya @TsamaraDKI, “Tara Basro mengajak publik untuk keluar dari konstruksi sosial tentang kesempurnaan dan kecantikan yang berkutat pada kulit putih & badan kurus. Ia sedang menebarkan energi positif. Masa mengedukasi & menebarkan energi positif juga harus kena sensor pornografi?!?!?!”

Begitu juga dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate yang menilai unggahan Tara Basro sebagai bentuk seni dan tidak melanggar pasal kesusilaan dalam ITE, kamis tgl 5 Maret 2020. Ternyata Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Mariana Amiruddin  juga tak jauh beda mendukung apa yang dilakukan Tara Basro. Telah mengatakan bahwa apa yang dilakukan Tara Basro sebagai "membangkitkan kepercayaan diri perempuan dan tidak ada tujuan untuk membangktikan hasrat seksual, tapi tujuannya lebih ke bagaimana perempuan percaya diri terhadap tubuhnya sendiri."

Dalam kerangka kebebasan perilaku, Tara Basro mengkampanyekan  menghargai /bangga terhadap tubuh sendiri bagaimana pun keadaannya ‘body positivity’ dengan foto semi bugil yang  mengundang kontroversi. Kampanye ini merespon makin banyaknya body shaming terhadap perempuan akibat pembakuan ukuran kecantikan sebagaimana dihadirkan oleh media. Baik kepornoan maupun body shaming adalah wujud perendahan terhadap kehormatan perempuan. Sehingga baru ada dizaman sekarang suatu kemaksiatan malah didukung oleh banyak pihak.

Menurut survey yang dilangsir oleh Liputan 6.com, lebih dari separuh orang dewasa pernah menjadi korban body shaming atau olokan/kritik mengenai warna kulit, ukuran badan, bahkan bentuk kaki. Dalam survei yang melibatkan 2.000 orang dewasa, sekitar 56% mengatakan pernah menjadi korban body shaming dalam setahun terakhir. Lalu, ada satu dari 10 partisipan yang pernah menjadi korban body shamin dalam satu minggu terakhir.

Dari survei yang dilakukan perusahaan kesehatan WW diketahui bahwa berat badan yang kerap jadi terget ketika seseorang melakukan body shaming. Paling tidak ada enam dari 10 orang yang pernah mendapatkan komentar buruk tentang badannya. Entah itu terlalu gemuk atau kurus seperti dikutip laman Independent, Rabu (6/11/2019).

Tidak kaget, betul bahwa di dalam masyarakat sekuler telah memisahkan antara agama dari kehidupan dan hasilnya melahirkan kebebasan berperilaku. Dampak sekuler ini banyak dijumpai kasus body shaming, LBGT melejit, banyak kasus pelecehan seksual maupun pembunuhan dan sebagainya. Karena memandang baik dan buruknya suatu perilaku tolak ukurnya dilihat berdasarkan (nafsu) manusia bukan berdasarkan firman Allah SWT yang terdapat didalam al Quran. Contoh jika kebanyakan manusia memandang perempuan yang berpakaian minim atau semi bugil itu bagus maka mereka akan mendukung perilaku tersebut. Maka masyarakat sekuler liberal justru menghasilkan penghinaan terhadap perempuan dalam beragam bentuknya.

Lain halnya dengan Islam yang memandang bahwa perempuan sosok sangat mulia yang harus dijaga dan dilindungan kehormatan dan kemuliannya. Tubuh perempuan tidak boleh dieksploitasi atas nama berbagai kepentingan apapun. Perempuan juga tidak boleh tubuhnya diperdagangkan untuk menghasilkan pundi-pundi materi. Karena begitu mulianya perempuan hingga Allah buatkan surat khusus dalam Al-Qur’an, yaitu Qs. An-nisa yang berarti Wanita. Didalamnya terdapat ayat-ayat mengenai keutamaan seorang perempuan, diantaranya Firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19)

 Wallahu’alam bisshawab

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter