Menjaga Spirit Ramadhan Pasca Lebaran
Ramadhan telah berlalu, kini kita memasuki bulan Syawal. Suasana lebaran pun hadir membawa kebahagiaan dan rasa syukur atas kemenangan yang telah diraih. Namun, yang menjadi pertanyaan penting adalah: bagaimana kondisi semangat ibadah kita setelah Ramadhan berakhir? Apakah masih menyala seperti sebelumnya, ataukah mulai meredup? Dan bagaimana caranya agar kita tetap bisa menjaga semangat Ramadhan meskipun bulan suci itu telah usai?
Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu makna dari kata "spirit" atau semangat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, spirit diartikan sebagai semangat yang tinggi, yang menjadi salah satu faktor penentu kemenangan. Dalam pengertian lain, spirit juga bisa dimaknai sebagai ruh, jiwa, atau inti dari sebuah dorongan.
Dalam perspektif Islam, ruh pernah dijelaskan oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Mafahim Islam sebagai idrak sillah billah, yakni kesadaran akan hubungan antara diri kita dengan Allah sebagai Rabb. Maka, untuk menjaga semangat Ramadhan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran ini dalam diri kita.
Amalan yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan lebih kuat tertanam dan tidak mudah goyah meskipun godaan datang. Bagaimana menumbuhkan kesadaran ini? Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 190, Allah mengajak kita untuk berpikir tentang penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam—tanda-tanda yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang menggunakan akalnya.
Maka, berpikir menjadi cara penting untuk membangun semangat keimanan. Kita bisa memulainya dengan merenungi tiga pertanyaan dasar: dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup, dan ke mana kita akan kembali. Pertanyaan-pertanyaan ini akan mengarahkan kita pada pemahaman tentang tujuan hidup dan pentingnya tunduk serta taat pada aturan Allah.
Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 89 bahwa Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk, penjelas segala sesuatu, rahmat, dan kabar gembira bagi mereka yang berserah diri. Maka, mempelajari Al-Qur’an dan menjadikannya pedoman hidup merupakan langkah lanjutan untuk menjaga semangat ibadah.
Namun, menjaga semangat tak cukup hanya dengan kesadaran diri. Kita juga butuh suasana yang mendukung—lingkungan yang mampu memelihara semangat itu agar tetap menyala. Seperti kompor yang menyala, ia mampu memanaskan wajan dan memasak bahan makanan. Demikian pula suasana keimanan: ia akan menjaga dan mendorong amal tetap hidup.
Suasana keimanan seseorang bisa berubah-ubah. Bila dikelilingi maksiat, semangat bisa merosot. Tapi jika dekat dengan ketaatan, semangat akan terjaga. Untuk itu, penting bagi kita untuk menjalin hubungan dengan orang-orang saleh, mengambil nasihat mereka, bahkan hanya dengan melihat wajah mereka pun bisa meningkatkan keimanan. Para sahabat Rasulullah pun melakukan hal ini, dan semua itu bisa lebih mudah dilakukan dalam lingkup sebuah jamaah dakwah.
Bukan sembarang jamaah, tetapi jamaah yang konsisten menyerukan kebaikan dan memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan. Jamaah yang berani menyuarakan amar makruf nahi mungkar. Seperti firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
Terakhir, penerapan syariat Islam secara menyeluruh oleh seorang pemimpin juga menjadi hal penting dalam menjaga semangat Ramadhan. Kepemimpinan yang berlandaskan hukum Allah akan menjadi kontrol dan penopang yang kuat bagi individu maupun komunitas.
Jika dianalogikan sebagai pohon, maka benih yang unggul (kesadaran individu) akan tumbuh baik di tanah yang subur (lingkungan jamaah dakwah) dan akan menghasilkan buah yang banyak dan berkualitas bila diberi pupuk yang tepat (sistem syariah).
Dengan tiga pilar ini—kesadaran diri, lingkungan yang mendukung, dan sistem yang benar—semangat Ramadhan insya Allah akan tetap terjaga walau lebaran telah berlalu. Maka, marilah kita berdoa dengan doa yang Allah ajarkan dalam surat Ali Imran ayat 8:
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan karuniakanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."
Wallahu a’lam bish-shawab.
Komentar
Posting Komentar