DEMOKRASI SISTEM KUFUR, YANG MERUSAK

Oleh : Neng Nur

Demokrasi "game over", demokrasi telah nyata menunjukkan kegagalannya !! Begitulah fakta yang terjadi beberapa bulan terakhir ini, menyaksikan banyak peristiwa tepatnya tragedi pasca hajat demokrasi, pemilu 2019 ini. Dari mulai kecurangan, manipulasi pemilu hingga hilangnya 700 nyawa lebih dan ribuan orang yang sampai saat ini terbaring sakit, sebagai "tumbal" demokrasi. Demikian pula matinya kebebasan menyampaikan aspirasi rakyat oleh senjata UU ITE, serta tuduhan makar dan radikal.

Katanya negri ini berpredikat sukses berdemokrasi namun justru ditangannyalah tragedi kemanusiaan terjadi pada tanggal 21-22 mei, kematian 10 orang oleh timah panas dan kebiadaban tangan-tangan yang mengaku berdemokasi. Kepala negara dan jajaran beserta aparat, adalah orang-orang yang paling wajib bertanggung jawab atas semua ini. Pengelakan mereka atas tanggungjawab ini...Sungguh fatal! Dan akhirnya wajah cacat demokrasi semakin rusak dan merusak tatanan bernegara!!.
Siapa sesungguhnya demokrasi dibalik topeng manisnya yang membius? Demokrasi adalah berupa ide yang telah dijajakan Barat yang kafir ke negeri-negeri islam. Demokrasi itu sesungguhnya adalah ide atau sistem kufur. Tidak ada hubungannya dengan islam sama sekali, baik langsung maupun tidak langsung. Demokrasi sangat bertentangan dengan hukum-hukum islam, baik dari sisi asas, ide dan nilai-nilai yang dikandungnya. Asas sekularisme yang meniadakan peran sang pencipta alam semesta serta adanya kedaulatan ditangan manusia, sehingga manusia mutlak bisa membuat aturan. Semua ini jelas menjadikan demokrasi diharamkan secara mutlak! Baik mengambil, menerapkan, atau menyebar luaskannya.
Sejarah demokrasi, lahir sebagai suatu sistem pemerintahan yang dibuat manusia, dengan tujuan untuk membebaskan diri dari kedzaliman dan penindasan para penguasa terhadap manusia atas nama agama. Lahir sebelum era masehi, demokrasi hadir ditengah polemik namun tak pernah berdaya menjadi solusi. Demokrasi adalah suatu sistem yang bersumber dari manusia, dan sebagai upaya manusia untuk lepas dari peran agama. Secara bahasa (lafadz) terdiri dari demos=pemerintahan dan cratos=rakyat. Istilah barat dan slogan yang digunakan untuk menunjukkan pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat hanya ilusi yang tak pernah nyata.
Rakyat (baca=hawa nafsu manusia) dianggap penguasa mutlak dan pemilik kedaulatan, yang berhak mengatur urusannya sendiri, serta melaksanakan dan menjalankan kehendaknya sendiri, rakyat tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan siapapun, selain kekuasaan rakyat. Dengan demikian rakyat akan dapat mewujudkan kedaulatannya dan melaksanakan kehendaknya sendiri sebebas-bebasnya tanpa tekanan atau paksaan. Kebebasan individu ini nampak dalam empat macam kebebasan yaitu, (1)Kebebasan Beragama (2)Kebebasan Berpendapat, (3)Kebebasan Kepemilikan (4)Kebebasan Bertingkah Laku.
Bahkan agama tak boleh ikut campur sehingga membatasi kebebasan ini. Eropa yang kafir masih menyisakan dengki dan dendam perang salib terhadap islam dan kaum muslimin. Orang kafir tahu betul celah yang bisa merusak kaum muslimin dengan daya rusak yang dahayat. Maha benar Allah dengan firman-Nya, perhatikan (QS Ali Imran:118). Mereka telah memahami bahwa rahasia kekuatan kaum muslimin terletak pada ajaran islam itu sendiri, sebab Aqidah islamiyah adalah sumber kekuatan yang dahsyat bagi umat islam.
Maka setelah itu, mereka pun menyusun strategi jahnnam untuk memerangi Dunia Islam, dengan jalan melancarkan serangan serangan misionaris (kristenisasi) dan serangan kebudayaan (berupa westernisasi) ini ternyata telah mengusung kebudayaan dan ide-ide barat termasuk demokrasi serta peradaban dan pandangan hidup barat ke dunia islam. Melalui imperialisme barat, masuklah serangan Misionaris dan Kebudayaan yang sengit tepat disaat ketika kemerosotan kaum muslimin di bidang pemikiran dan politik semakin parah pada masa akhir khilafah Utsmaniyah (pada paruh kedua abad 19 M). Akhirnya islam pun ditakwilkan banyak orang agar sesuai dengan setiap aliran, gagasan, dan ideologi, walaupun penakwilan mereka bertentangan dengan hukum-hukum dan pandangan hidup islam.
Sementara Islam adalah suatu ajaran atau suatu sistem kehidupan yang datangnya dari sang Pencipta yaitu Allah swt untuk mahluk ciptaan-Nya yang bernama manusia diatas bumi ini. Seperti dalam QS Al Jaatsiyah:20, QS Ali Imran:18,85 dan 138. Maka konsep islam ini sudah ditentukan Allah swt, sebagaimana ditegaskan didalam QS Ali Imran : 164, QS Al Jumu'ah: 2. Kepemimpinan didalam islam juga telah diatur oleh Allah swt, yang disebut "Ulil Amri Minkum" yang tercermin didalam kepemimpinan Rasulullah saw, Kulafaur Rasyidin al Mahdiyun sebagaimana Allah jelaskan didalam QS An Nisa: 59 dan keterangan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim. Begitu juga jalan untuk menegakan syari'at islam telah dijelaskan oleh Allah didalam alqur'an dan telah di praktekan oleh Rasulullah saw selama 23 tahun lamanya.
Fenomena-fenomena penegakan islam di zaman Rasulullah dan para sahabatnya dalam menegakan islam di tengah-tengah sistem pemerintahan Quraisy yang jahiliyah jauh dari islam. Pada hakekatnya adalah sama dengan fenomena yang terjadi pada kaum muslimin sekarang ini, hanya fasilitas dan sarana yang berbeda. Maka dalam perjuangan menegakan syari'at islam di tengah-tengah suatu sistem kufur (seperti pemerintahan musyrikin Quraisy), Allah telah memberikan konsep-Nya yang tertera didalam alqur'an, agar syari'at nya bisa tegak diatas bumi-Nya. Melalui apa yang telah dicontohkan dan dipraktekkan oleh manusia pilihan-Nya yakni Rasulullah saw dan para sahabatnya, mulai ketika masih lemah di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun, sampai kepada periode Madinah (10 tahun), hingga akhirnya bisa menguasai Mekah kembali (Futuh Mekah) dan akhirnya syari'at islam bisa tegak secara sempurna.
Kepada umat islam didalam upayanya untuk menegakan syari'at islam di tengah-tengah sistem yang tidak berdasarkan islam haruslah mencontoh Rasulullah saw dan para sahabat dalam memperjuangkan tegaknya islam di tengah sistem kafir Quraisy. Dan inilah sesungguhnya yang disebut Manhaj an Nubuwah. Jadi tidak malah mencontoh cara-cara Aristotelas dan kawan-kawannya melalui pola demokrasi dan parlameter.

Wallahu a'lam bishowab!

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter