LPG Naik Dampak Liberalisasi
Oleh Betiya
Dilansir dari media cetak DetikCom, Senin, (28/2/2022) di Jakarta, PT
Pertamina (Persero) melalui Sub Holding Commercial & Trading, PT Pertamina
Patra Niaga menyatakan bahwa harga gas LPG 12 kg di tingkat agen naik menjadi Rp 187 ribu
per tabung. Apa kata agen?
Beberapa agen yang ditemui mengungkap, bila dijual secara eceran,
harga gas LPG 12 kg per tabung bisa mencapai Rp 200 ribu.
Diwartakan pula dari Tribunnews.com, Jakarta pada Minggu 27/2/2022
menyampaikan Dampak kenaikan harga LPG Non Subsidi bagi masyarakat Pemerintah
dan Pertamina memutuskan tidak menaikkan harga LPG subsidi 3 kg, namun
menaikkan LPG non subsidi Pertamina menyebutkan, penyesuaian ini dilakukan
mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas.“Tercatat, harga
Contract Price Aramco (CPA) mencapai US$ 775 metrik ton, naik sekitar 21% dari
harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021,” kata Pjs. Corporate Secretary PT
Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina Irto Ginting dalam keterangan tertulis
yang diterima Kontan.co.id, Senin (28/2/2022).
Dengan penyesuaian yang dilakukan, harga LPG non subsidi yang
berlaku saat ini adalah sekitar Rp 15.500 per Kilogram (Kg), sementara itu, LPG
subsidi 3 kg tidak mengalami perubahan harga dan tetap mengacu kepada Harga
Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.
Dorong Pemakaian LPG Subsidi
Masih dilansir dari Tribunnews.com minggu (27/2/2022)-Ketua Pengurus
Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menilai kenaikan
harga LPG non subsidi oleh Pertamina berpotensi mendorong banyak konsumen untuk
beralih menggunakan LPG subsidi, yakni LPG 3 kg alias LPG gas melon.
“Ini hal logis, karena gas melon disubsidi harganya beda jauh,
sementara kualitasnya sama. Siapapun akan memilih yang murah,” terang Tulus
saat dihubungi Kontan.co.id (28/2).
Efek lainnya, lanjut Tulus, kenaikan harga LPG non subsidi oleh
Pertamina juga berpotensi mendorong praktik pengoplosan dan bisa menimbulkan
risiko keamanan. Saran Tulus, disparitas harga antara LPG subsidi dan LPG non
subsidi sebaiknya diperkecil untuk mencegah risiko-risiko ini.
Dampak kapitalis rakyat jadi miris
Lagi-lagi rakyat harus merasakan sulitnya memperoleh energi yang
murah, di tengah situasi pandemi yang telah menghancurkan sektor
perekonomian.mirisnya pemerintah tak peduli dengan realitas tersebut.masyarakat
dibiarkan menanggung beban yang begitu berat dan terus bertambah berat dengan
dalih harga migas naik menyesuaikan harga gas dunia.bahkan jika pemerinta mau
dengan segala potensi sumber daya yang dimiliki indonesia seharusnya pemerinta
bisa menyejahterkan dan meringankan
beban rakyat termasuk dengan memberikan layanan LPG atau bahan bakar dengan
mudah dan murah.
pemerintah penganut kapitalistik neoliberalisme saat ini,tidak akan
terbesit dibenak penguasa untuk meriayah atau melayani dan mengurusi umat .
Melainkan hanya berorientasi kepada kekuasaan dan kepentingan
kelompok atau rezim.hal ini nampak dari berbagai kebijakan termasuk didalamnya
kebijakan ekonomi yang bukan memihak kepada kepentingan rakyat. Melainkan
memihak kepada kelompok tertentu yakni pemilik modal.
Ditambah lagi sejak awal sistem undang-undang yang dibuat oleh
penguasa telah direstui liberalisasi migas.karena itu meski negeri ini memiliki
kekayaanigas berlimpah.namun rakyat tidak bisa menikmati pemanfaatannya dengan
murah bahkan gratis.sebab negara justru menyerahkan pengelolaan dan keuntungan
terbesarnya kepada swasta.
Gas bukan milik perorangan
Rosulullah SAW bersabda:
"Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang
rumput,Air dan Api."(HR.Abu Dawud dan Ahmad).
Hadist diatas menjelaskan bahwa haram apabila segala sesuatu yang
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak dimiliki oleh perorangan.Islam
mewajibkan negara mengelolanya, kemudian hasilnya diberikan pada rakyat, baik
muslim maupun nonmuslim.
kita kaitkan dengan
permasalahan yang terjadi saat ini pada gas LPG seharusnya rakyat mendapatkan
gas LPG dengan sangat mudah bahkan bebas biaya.akan tetapi faktanya sampai saat
ini rakyat tetap kesulitan untuk mendapatkan gas,bukan gas LPG saja yang
meroket. kebutuhan pokok yang lain juga harganya ikut meroket sehingga rakyat
semakin tercekik dan pemerintah yang seharusnya menyediakan solusi agar beban
untuk meringankan beban rakyat dengan cara memberikan layanan LPG dan bahan
pokok lainnya dengan mudah dan murah.
Hanya dengan kembali kepada sistem islam rakyat bisa dimuliakan
bahkan perhatikan segala kebutuhannya oleh pemerintah dan itu sempat terasa
selama 13 abad rakyat merasakan kesejahteraannya dalam naungan khilafah yang
sesuai dengan yang dicontohkan Rosulullah SAW.
Komentar
Posting Komentar