JABAR JUARA PINJOL, RIBA MERAJALELA BUAH KAPITALISME
Oleh Rengganis
Santika A,STP
Slogan "Jabar Juara" yang dicetuskan gubernur Jawa Barat
Ir Ridwan Kamil yang biasa disapa kang Emil, masih tetap melekat sampai hari
ini. Seharusnya slogan ini menjadi motivasi warga Jabar agar bisa meraih juara
dalam prestasi yang bermakna positif.
Namun sungguh miris bila yang terjadi sebaliknya, menjadi juara justru
dalam hal negatif, belum lama ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat
masyarakat Jawa Barat (Jabar) merupakan pengguna pinjaman online (pinjol) atau
fintech peer to peer (P2P) lending tertinggi di Indonesia. Pada saat yang sama
Jabar pun dikenal sebagai daerah yang memiliki akar sejarah islam cukup
kuat, boleh dikatakan Jabar memiliki
religiusitas islam yang menonjol, lantas mengapa hal ini bisa terjadi?
Bahaya Pinjol Telah Menjerat Rakyat
Pembangunan ekonomi saat ini tak berpihak pada rakyat kecil. Rakyat
sulit memenuhi kebutuhan hidup, Dalam kondisi 'kepepet" Pinjol seolah
menjadi salah satu solusi 'shortcut' mudah dan cepat mendapatkan dana. Tanpa
agunan dan syarat administrasi yang ribet, dana "segar" bisa langsung
cair, sayangnya jerat bahaya pinjol sering diabaikan. Eksekutif Pengawas IKNB
OJK Ogi Prastomiyono menyebut Jawa Barat
nomer satu pelaku pinjol mencapai Rp13,8 triliun per Mei 2023. Posisi kedua DKI
Jakarta sebesar Rp10,5 triliun. Dalam skala nasional nilai pinjol terus
meningkat, utang masyarakat RI ke Pinjol per Mei 2023 tembus Rp 51,46 Triliun.
Sementara prosentase pertumbuhan pinjol 28,11%
(JawaPos.com, Senin 10/7 2023).
Sekali masuk dalam jebakan pinjol maka akan sulit melepaskan diri.
Riba/bunga yang tinggi serta akad yang tak jelas. mekanisme pinjol bisa sangat
mencekik dan meneror. Banyak korban pinjol yang
sudah berjatuhan. Teror pinjol menciptakan kejahatan-kejahatan baru,
seperti Azas sekularisme tekanan mental, teror pemerasan, kekerasan fisik,
sampai penghilangan nyawa.
Kapitalisme Sekuler Biang Masalah, Islam Solusi
Kapitalisme menjebak masyarakat pada kesulitan hidup dan gaya hidup
materialistik, sehingga akhirnya mudah terseret pinjol. Fakta kini riba
merajalela, semua sendi kehidupan tak luput dari pendanaan Riba. Riba ibarat
darah yang mengalir di tubuh kapitalisme. Gaya hidup konsumerisme materialistik
adalah ciri khas kapitalisme. Trend gaya hidup, tampil dengan barang wah ,
traveling hingga membeli tiket konser musik. Tak heran pinjol meningkat
signifikan, saat riuhnya rencana perhelatan konser musik artis-artis dunia
seperti konser Coldplay. Sekularime mengokohkan kapitalisme, Bahkan bisa
menghapus sejarah, dan nilai-nilai religuitas islam pada masyarakat.
Aturan islam terkait riba/bunga, jelas hukumnya haram. Dalam islam akad meminjam (qardh) adalah tabarru (menolong) bukan bisnis untung rugi. Islam mengajarkan memberi kelonggaran/tempo dari pihak piutang bila penghutang kesulitan dan dianggapnya shadaqoh. Maka solusi tuntas menghapus jerat pinjol dan menyelamatkan ekonomi umat, bukan sekedar edukasi OJK dan menetapkan pinjol ilegal dan legal. Tapi Intinya seorang muslim, wajib terikat aqidah dan hukum syara. Umat paham, Riba berapapun nilainya tetap dosa besar. Jadi akar masalahnya adalah penerapan sistem kapitalisme yang berbasis ribawi. Maka bila ingin selamat dunia akhirat, ganti sistem kapitalisme (kufur) dengan penerapan syariat islam kaaffah. Inilah hijrah hakiki. Agar kondisi negri ini baldatun thoyibatun warobun gbofur...Wallahu'alam.
Komentar
Posting Komentar