KEMANA ARAH PROGRAM STRATEGIS KABUPATEN BANDUNG?
Oleh Rengganis Santika A, STP
Sebagaimana berita yang dilansir dari media online Bandung Berita
(BBCOM), dalam sebuah pertemuan Para Kepala Desa bersama Ketua Tim Penggerak
PKK. Serta Sekretaris Desa se-Kecamatan Ciparay, untuk sosialisasi program
strategi Bupati Bandung Tahun 2023 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan
Ciparay, di Aula Kantor Kecamatan Ciparay pada Selasa (18/7/2023). Saat sesi
tanya jawab Kepala Desa Manggungharja sekaligus Ketua APDESI Ciparay Deden Toha
(Dento), menanyakan 3 program unggulan Bupati bandung.
Pertama program Dana Bergulir, masyarakat banyak yang kecewa setelah
syarat disiapkan ternyata pihak bank justru memblack-list. Kemudian program
Guru Ngaji, fakta dilapangan tidak efektif, malah tumpang tindih dengan guru
agama yang ada. Terakhir program Kartu Tani, guna penyaluran pupuk, selain
tidak merata justru terjadi kekacauan, ada yang kelebihan sampai dijual, ada
pula yang kesulitan tapi harga mahal, plus iming-iming uang yang tidak ada
buktinya.
Kejujuran Dan Amanah, Barang Langka Dalam Sistem Kapitalisme
Demokrasi
Sudah menjadi pemandangan umum dan biasa, banyak para pejabat yang
jago retorika namun nihil realita, fakta ini bukan hanya terjadi di Kabupaten
Bandung saja. Kenyataan ironis ini terjadi
hampir merata diseluruh pelosok negri, bahkan mungkin dunia. Dalam skala
nasional hampir semua pejabat publik, tokoh partai, bahkan wakil rakyat, lebih
banyak beretorika, mengumbar janji penuh simpati dalam kampanye atau pidato
namun realitanya jauh panggang dari api. Ini adalah fenomena kapitalisme demokrasi.
Kata demokrasi suara rakyat suara tuhan. Jargonnya dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat. Yang ada suara rakyat dibutuhkan hanya untuk meraih
dukungan demi kekuasaan, demi kursi di dewan. Mungkin didengar sesaat ketika
akan pemilu. Selebihnya isi hati nurani rakyat, walaupun hanya sekedar
menyuarakan hajat hidup mereka sebagai rakyat kecil diabaikan. Bahkan
suara-suara kritis rakyat (seperti dalam pertemuan diatas) terkesan dibungkam.
Tak ada jawaban memuaskan atas pertanyaan rakyat, yang ada malah peringatan
agar para kades mengikuti aturan dari pak bupati. Kejujuran dan amanah memang
langka ditengah demokrasi, dimana kedaulatan di tangan rakyat (yang terpilih)
bukan semua rakyat secara umum.
Nampak bahwa kebijakan yang digulirkan terkesan hanya retorika
meraih simpati, dan sekedar ingin membangun citra. Karena terbukti tidak nampak
keseriusan dalam implementasi. Tidak dipersiapkan dengan matang, terbukti pula
tidak adanya koordinasi dan sinergitas dengan pihak terkait. Tak disiapkan
manajemen pengelolaan bahkan tak ada antisipasi atas masalah juga resiko
dilapangan.
Wahai Para Pemimpin Hati-Hatilah!!
Kelak Jabatanmu Akan Jadi Penyesalan Di Hari Kiamat.
Petikan hadist diatas yang diriwayatkan oleh muslim, dimana
Rasulullah saw memperingatkan kepada para pemangku amanah rakyat, pemimpin,
pejabat dan siapapun yang mendapat amanah mengurus umat, agar berhati-hati,
sebab bila tidak melaksanakan amanah mengurus rakyat bahkan sebaliknya malah
menyulitkan rakyat, kelak di hari kiamat akan menyesal harus menanggung azab
yang pedih, kecuali pemimpin dan pejabat yang menegakkan syariat Allah swt
sebagai satu-satunya hukum yang adil. Sekalipun pemimpin itu orang sholeh, dan
cerdas, namun apabila sistem yang diterapkan buruk, cacat pasti akan tetap
gagal. Dunia telah banyak memberi contoh.
Khatimah, saat ini rakyat banyak dipertontonkan pemimpin dan pejabat
produk pencitraan, mereka meraih kekuasaan lewat mahar yang mahal yang dibumbui
money politics. Jual beli kursi, jabatan jadi sarana korupsi, penyalahgunaan wewenang
dll. Kita rindu kehidupan ideal dimana pemimpin benar-benar berkomitmen
mengurus rakyat, melayani (meri'ayah) rakyat seperti masa Umar bin khattab ra,
Umar bin Abdul Aziz dan para khulafaur Rasyidin lainnya termasuk para khalifah
sesudahnya. Mereka rela terdahulu lapar disaat rakyat kelaparan, mereka terus
memikirkan umat sampai dijamin tak ada lagi rakyat miskin semua tercukupi. Ini
hanya terwujud ketika islam diterapkan bukan menerapkan sistem aturan buatan
manusia, apalagi dari para filsuf yang jelas-jelas mereka bukan
islam....wallahu'alam.
Komentar
Posting Komentar