Problem PPDB di Kabupaten Bandung Terus Berulang, Tanggung Jawab Siapa?
Oleh Rengganis Santika A,STP
Penerimaan siswa baru telah berlalu. Di Kabupaten Bandung sendiri
pada umumnya PPDB berlangsung dari tanggal 9 sampai 25 Juni. PPDB (Penerimaan
Peserta Didik Baru) jangan dianggap sepele. Sebab persoalan PPDB bisa
menyangkut masa depan aset bangsa. Walaupun kegiatan PPDB ini bisa disebut
rutinitas setiap tahun ajaran baru, tapi nyatanya hampir setiap awal tahun
ajaran baru, problem selalu muncul. Apa penyabab berulangnya permasalahan
klasik seputar PPDB?. Apakah PPDB ini hanya tanggung jawab pihak sekolah dan
pemerintah saja? Kita coba mencari solusi, sebab PPDB tahun 2023 masih
menyisakan banyak PR yang harus segera diselesaikan dengan tuntas, agar tak
kembali terulang di tahun mendatang.
Mengurai Permasalahan PPDB di Kabupaten
Bandung dan Solusi Ala Kapitalisme
Beberapa PR dari permasalahan PPDB yang harus segera diselesaikan
adalah, masih adanya kecurangan, manipulasi zonasi, pungli, minimnya informasi
dan sosialisasi dan berbelit-belitnya mekanisme pendaftaran. Masih banyak wali
murid yang belum paham PPDB apalagi secara online. Tak ketinggalan masalah gap
antara sekolah favorit dan tidak, atau antara kota dan daerah. Disparitas kualitas tak terelakan hingga
pemerataan fasilitas. Hal ini mempengaruhi distribusi jumlah siswa yang juga
tidak merata. Disisi lain terjadi peningkatan jumlah peserta didik di Kabupaten
Bandung.
Gubernur Jabar bapak Ir Ridwan Kamil, atau biasa disapa kang Emil,
mengungkap ada sekitar 4760 kecurangan saat PPDB 2023. Seperti manipulasi
zonasi, siswa titipan dll. Walaupun masalah pungli ini diantisipasi dengan
adanya jalur pelaporan pada satgas khusus, namun nyatanya pungli tetap terjadi.
Mnimnya akses Informasi dan sosialisasi di lapangan, disayangkan pula oleh anggota DPRD Jabar Yayat Hidayat,
yang mempertanyakan Disdik. Minimnya
informasi aturan pendaftaran, rawan terjadi praktik pungli (tribunnews.com).
Informasi dan sosialisasi profil sekolah penting agar calon siswa
tidak kecewa dan salah pilih. Image sekolah favorit lebih berkualitas tak bisa
dihindarkan. Hal ini wajar sebab memang faktanya belum terjadi pemerataan
pendidikan. Tak heran, bila ada sekolah menengah di kabupaten Bandung yang baru
dibangun tentu dengan biaya tak sedikit,
terbengkalai karena tak ada murid
(fokussatu.com). Pemda hanya berorientasi menambah bangunan tapi tidak
mempertimbangkan harus menyiapkan guru yang kompeten serta manajemen yang baik.
Inilah realitas ketika pendidikan dikelola sistem Kapitalisme
sekuler. Tambal sulam, materialistik. Kualitas diukur dengan fasilitas/sarana,
sehingga biaya pendidikan "berkualitas" mahal. Kemudian kapitalisasi
pendidikan, sekolah jadi ajang bisnis. Korupsi anggaran, pungli, suap,
menghalalkan segala cara dengan praktek kecurangan, manipulasi, jual beli
"bangku" dll, inilah mentalitas kapitalisme sekular. Ironisnya semua
problem ini berulang, Hal ini membuktikan ketidakseriusan negara/pemerintah
sebagai otoritas utama tanggungjawab. Alasan pemerataan sulit akibat anggaran
minim dan buruknya political will.
Tata Kelola Pendidikan dalam Sistem Islam
Islam bukan sekedar agama yang mengatur spiritual dan ritual, tapi
Islam adalah ideologi (mabda) yang mencakup Aqidah dan nidzom (aturan syariah).
Aturan syariat Islam mencakup seluruh aspek termasuk pendidikan. Keseriusan
negara berideologi Islam dibuktikan dengan visi pendidikan sebagai prioritas
pembangunan generasi. Maka pendidikan adalah tanggungjawab negara sekaligus hak
semua rakyat. Negara memosisikan diri sebagai pelayan peri'ayah rakyat.
Pendidikan, kesehatan dan keamanan berkualitas wajib disediakan negara secara
gratis bagi seluruh rakyat. Semua ini di tunjang kekuatan ekonomi negara dari
anggaran baitul maal. Pendidikan tanggungjawab semua elemen, lewat adanya tiga
pilar negara yaitu ketakwaan individu, kontrol masyarakat lewat dakwah, dan
peran negara. Dipastikan celah pungli, korup, manipulasi curang dll nyaris
tertutup semua.
Sejarah mencatat peradaban Islam adalah mercusuar ilmu pengetahuan,
justru disaat barat terbelakang. Islam terbukti selama 13 abad adalah
penyelenggara pendidikan terbaik dunia. Semua ini tegak diatas landasan aqidah
yang kokoh dan aturan yang sempurna dari zat maha sempurna Allah swt. Output pendidikan adalah generasi emas
berkepribadian Islam bukan genarasi cemas seperti di era kapitalisme sekuler
saat ini. Last but not least, Maukah kehidupan seperti ini? Jika mau, Tak ada
jalan lain kecuali terapkan Islam secara kaaffah, wallahu'alam.
Komentar
Posting Komentar