"New Normal" : Hukum Rimba Ala Kapitalisme.
Narasi new normal life yang diartikan
kehidupan dengan normal baru, nampak indah bak gadis cantik yang melenggang
gemulai, namun hakekatnya bisa mengundang bahaya. Ide new normal pertama
digulirkan oleh PBB, melalui sekjennya Antonio Guterres, "New normal life
adalah kerangka kerja dunia dan merupakan kerangka kerja PBB dalam menanggapi
langsung persoalan sosial ekonomi akibat covid 19. Tanggungjawab bersama
solidaritas global dan tindakan mendesak bagi orang-orang yang membutuhkan.
Mengimbau agar melindungi pekerjaan, bisnis, mata pencaharian untuk menggerakan
pemulihan masyarakat dan ekonomi yang aman, berkelanjutan, setara gender,
netral carbon dan lebih baik dari normal dulu".
PBB telah mencanangkan konsep new
normal sebagai formula dan peta jalan bagi solusi persoalan dunia hari ini. Dimuat dalam lamannya melalui artikel
tertanggal 27 april 2020 yang diterjemahkan bertajuk New normal : peta jalan
yang diletakkan PBB bagi peningkatan ekonomi dan penyelamatan lapangan
pekerjaan setelah covid 19. Dunia menilai kondisi normal yang dulu tidak akan
pernah kembali sehingga pemerintah harus bertindak menerapkan ekonomi baru dan
lapangan pekerjaan yang lebih banyak. WHO sebagai lembaga underbow PBB,
memperkuat langkah PBB ini dengan memastikan jalan menuju new normal harus
mengikuti arahan para ahli terkait wabah ini.
Fakta yang terjadi justru sebaliknya
beberapa negara termasuk Indonesia buru-buru bergerak menuju new normal tanpa dibarengi
pertimbangan para ahli kesehatan masyarakat dan medis, termasuk masukan para pakar
epidemiologi. Demi kepentingan menjaga stabilitas ekonomi yang meluncur ke
jurang resesi dan mengikuti tren global, new normal dianggap menjadi jalan
keluar praktis dari kemelut resesi ekonomi. Negara adidaya Amerika Serikat pun
yang diklaim memiliki kekuatan ekonomi terkuat di dunia serta fasilitas
kesehatan terbaik, harus bertekuk lutut menghadapi covid 19 dan sampai saat ini
menjadi negara dengan kasus positif dan kematian terbesar di dunia. Kini AS bersama
negara-negara kapitalis kuat lainnya seperti Jerman dan Jepang mengalami
tekanan ekonomi yang sangat berat. Bahkan Jepang akan menutup pabrik otomotif
nissan di Spanyol dan Indonesia. Rakyat AS berdemo menolak lockdown karena
tuntutan kebutuhan hidup, sementara negara tidak mampu memfasilitasi. AS harus
menambah hutang untuk meng-cover pemenuhan kebutuhan rakyat selama lockdown.
Kebijakan New normal bagi Indonesia, menurut
para ahli dianggap terlalu dini, minim data dan pertimbangan sains. Mengingat prasyarat
new normal belum terpenuhi. Kondisi peningkatan kasus yang masih tinggi, kurva
belum melandai secara konsisten, fluktuatif. Fasilitas kesehatan pun masih jauh
dari memadai, apalagi fasilitasi di daerah banyak yang belum layak. Dan syarat
new normal yang paling menentukan adalah kesadaran masyarakat. Fakta PSBB di
banyak daerah pada umumnya kesadaran dan disiplin masyarakat masih rendah. Oleh
karena itu kebijakan untuk melangkah menuju new normal pasca PSBB dianggap
gegabah dan berbahaya. Indonesia belum siap secara internal.
Aroma kepentingan ekonomi nampaknya lebih menyengat
daripada pertimbangan keselamatan nyawa rakyat. Pertanyaan selanjutnya new
normal bagi kepentingan ekonomi siapa?? Rakyat?! Tentu saja bukaan....dalam
kamus kapitalisme sekuler, orientasi ekonomi adalah bagi si kuat bukan si
lemah...ada kepentingan ekonomi kaum oligarkhi kapitalis, dibalik tuntutan new
normal.. Sementara rakyat dibawah hanya mengais sisa remah keuntungan ekonomi.
Rakyat dipaksa autopilot menyambung hidup ditengah pandemi dengan kembali
bekerja dalam ancaman virus. New normal hakekatnya memberi jalan bagi
kapitalisme, melalui korporasi-korporasinya untuk bertahan akibat kegagapannya mengatasii
wabah.
Dalam new normal rakyat dipaksa beradaptasi
dengan bahaya. Maka tak terlalu mengejutkan kalau kepala negara meminta rakyatnya
berdamai dengan virus yang telah membunuh 1500 lebih rakyatnya pertanggal 30
mei. Ketahuilah sesungguhnya kapitalisme sekuler..tak kalah berbahayanya dibanding
sang aktor virus covid 19. Belantara ganas kapitalisme sekuler dengan hukum
rimbanya akan melakukan seleksi alam, dimana yang kuat akan menang dan yang
kalah minggir. Otak kapitalisme tahu bahwa akan banyak korban berjatuhan..tapi
demi berputarnya roda ekonomi, rakyat dikorbankan. Untuk BLT dan sembako saja
negara begitu sulit, pelit berbelit sebaliknya stimulus untuk perbankan,
pengusaha lancar jaya. Janji-janji bagi rakyat kecil cuma PHP, bukti dilapangan
kisruh dan nihil. Rezim gagal ini begitu lamban diawal menyelamatkan rakyatnya,
dan gagap diakhir, rezim menyerah melalui narasi new normal.
Mari berfikir jernih, dengan melakukan
perenungan melihat realitas disekeliling kita. Masihkah kita berharap solusi
pada sistem ini? Tidakkah kita renungkan,
bahwa selama ini kita sebagai rakyat hidup abnormal menyelisihi fitrah insani dibawah
ketiak kapitalisme. Fitrah akan kebenaran dan jauh dilubuk hati kita yang
paling dalam pasti terusik. Negri zamrud khatulistiwa yang sampai detik masih
kaya dengan sumberdaya alamnya...namun rakyatnya miskin bahkan kelaparan.
Dimana keadilan?? Dimana rakyat mencari pelindungnya?? Sebab rezim dan sistem
kapitalisme dzalim ini justru malah menghadapkan rakyat pada maut.
Ditengah
doa-doa yang terpanjatkan pada sang khaliq Alloh swt..tidakkah kita sadari dan
malu bahwa kehidupan kita telah jauh dari aturan syari'ahNya.. Malah mengambil
kapitalisme dan menyatakan dengan sombong menolak agama, syariah untuk mengatur
negri dan menuduh mereka yang membela syari'ahNya radikal teroris, bahkan
mengubur dakwahnya. Namun disaat tertimpa musibah pandemi negri ini menghiba
memohon pertolonganNya. Hikmah dibalik wabah ini adalah negri ini wajib mereformasi
ulang keimanan dan aqidah. Dengan makhluk Alloh yang "ghaib"ini saja semua
luluh lantak tak berdaya, Allah memberi kita pelajaran agar kembali pada Nya
pada syari'ahNya. Al qur'an memberi " rule" bahwa prasyarat solusi
keberkahan sebuah negri adalah iman dan takwa.
Kita rindu sosok pemimpin seperti
Umar bin khattab, Amr bin Ash ketika mengatasi wabah tho'un, dengan melakukan
lockdown namun dengan jaminan pemenuhan kebutuhan hidup. Kita rindu kedigdayaan
ekonomi yang tahan terhadap gempuran krisis dan resesi. Kita rindu fasilitas kesehatan
berkualitas dan gratis. Semua itu tercatat dalam sejarah dengan tinta
emas...hanya dalam masa gemilang kekhilafahan selama berabad lamanya. Semoga
akhir dari pandemi ini adalah kehidupan dengan norma baru yang sesuai fitrah
insani dan berkeadilan dan hidup normal meraih bahagia dunia akhirat dalam
naungan hukum Alloh... Khilafah ala minhaj nubuwah....aamiin
Komentar
Posting Komentar