Pejuang Wabah Minim Proteksi




     Gugus Penanganan Covid-19 menyatakan setidaknya 55 tenaga kesehatan telah gugur akibat covid-19 di Indonesia.
Setiap hari pekerja kesehatan bertemu dengan pasien dan banyak orang di RS, tanpa alat pelindung diri yang memadai. Mereka sangat beresiko tertular virus dari pasien atau sebaliknya menularkan virus kepada orang yang di RS. Itu cukup beresiko karena sekitar 70% orang terinfeksi virus corona tidak menunjukan gejala umum.

     Situs resmi covid-19 tidakmemberikan informasi ihwal profesi dan pekerjaan pasien yang terinfeksi dan pasien

dan orang dalam pengawasan.
Tanpa data terbuka maka sulit mengukur level resiko yang dialami para petugas kesehatan baik yang menangani pasien covid maupun non covid.
Resiko mereka tertular sangat tinggi karena setiap hari berinteraksi dalam jarak dekat dengan pasien covid dan orang orang yang berobat mungkin saja membawa virus corona. Apalagi masa inkubasi virus cukup lama,  2-14 hari.
     Namun apa yang mereka terima?
Soal pemberian insentif yang dijanjikan oleh pemerintah untuk para tenaga medis yang menangani pasien covid-19 sampai saat ini masih ada yang belum menerima seperti yang diinformasikan oleh salah satu perawat di RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianty Saroso, Anitha Supriono, bahwa sampai saat ini belum menerima besaran Insentif yang perbulannya 7.5 juta itu padahal ia bekerja menangani pasien covid dari akhir pebruari.
Hal senada juga dikeluhkan oleh para tenaga medis di RS Rujukan Persahabatan. Mereka ada yang tidak menerima THR karena keuangan RS yang minimatau ada juga yang dipotong. Bahkan yang lebih memprihatinkan terjadi di RSUD Ogan Ilir, sebanyak 109 orang tenaga medis dipecat karena melakukan mogok kerja menuntut hak-hak yang seharusnya mereka terima.
     Dari waktu ke waktu pernyataan jajaran pemerintah baik menteri hingga presiden kerap berubah ubah. Dibantah atau diralat kembali. Termasuk wacana yang dilemparkan ke publik yang menyebabkan kegaduhan di media sosial antara pro dan kontra dikalangan masyarakat dan para pemimpin di daerah.
Pemerintah dalam menangani pandemi ini masih menghitung untung rugi. Dalam masalah nyawa saja masih diperhitungkan. Itulah rezim yang bercokol dalam sistem kapitalis.
     Berbeda dengan Islam. Kebijakan yang diambil oleh seorang khalifah pasti kemaslahatan untuk semua yang diutamakan. Para tenaga medis akan diapresiasi sesuai dengan pengabdiannya. Tidak ada bekerja full time. Kebutuhan mereka akan diperhatikan sehingga dalam mengerjakan pekerjaannya pun tidak akan terganggu. Mereka akan merasa nyaman dan iklas dalam menjalankan pekerjaan.
Seperti Hadist" Tidak boleh menimbulkan madarat (bahaya)  bagi diri sendiri maupun madarat (bahaya) bagi orang lain di dalam Islam (HR. Ibnu Majah -Ahmad).
     Oleh sebab itu hanya sistem khilafah ala minhaj nubuwahlah yang akan menjamin rasa aman dan ketengangan dalam menjalani hidup ini dengan menerapkan aturan islam secara kaffah.

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter