Masalah Klasik yang Butuh Solusi Nyata



Oleh : Tari 

Dayeuhkolot, kawasan yang sudah bertahun-tahun jadi langganan banjir, kembali terendam. Menurut laporan dari Tribun Jabar pada 24 November 2024, banjir kali ini membuat Polda Jabar harus menurunkan satuan Brimob untuk membantu evakuasi warga. Air yang meluap tidak hanya menggenangi rumah, tapi juga memutus aktivitas harian masyarakat, khususnya di Kampung Bojong Asih.


Yang paling terasa adalah dampaknya terhadap ekonomi warga. Aktivitas mencari nafkah terganggu, sementara kebutuhan hidup tetap berjalan. Ini membuat masyarakat semakin frustasi. Warga mulai mempertanyakan sejauh mana keseriusan pemerintah dalam menangani masalah yang tidak kunjung selesai ini.


Selain itu, banjir ini bukan sekadar soal curah hujan tinggi. Alih fungsi lahan yang tidak terkendali, sedimentasi sungai, dan pengelolaan tata ruang yang amburadul memperparah situasi. Belum lagi, pembangunan tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungan, seakan jadi bom waktu yang terus berdetak.


*Kenapa Banjir Dayeuhkolot Tak Pernah Selesai?*

Dayeuhkolot adalah gambaran masalah yang lebih besar. Bagaimana kita memperlakukan alam dan tata kelola wilayah. Ada beberapa hal yang membuat banjir di sini seperti siklus tahunan yang mustahil diakhiri:


1. Alih Fungsi Lahan yang Tak Terkendali

Lahan-lahan yang dulunya jadi area resapan air kini berubah jadi kawasan komersial atau pemukiman. Akibatnya, air hujan langsung mengalir ke sungai tanpa terserap tanah. Ketika hujan deras datang, sungai tak mampu menampung air sehingga meluap dan membanjiri pemukiman.



2. Sungai yang Kehilangan Kapasitas

Sedimentasi dan sampah yang menumpuk di sungai membuat daya tampungnya berkurang drastis. Ditambah lagi dengan penyempitan sungai akibat pembangunan, aliran air pun tersendat.



3. Kebijakan yang Tidak Berpihak pada Rakyat

Sistem yang lebih mengutamakan keuntungan ekonomi, atau yang disebut dengan sistem kapitalisme, jadi akar banyak masalah. Pembangunan sering hanya fokus pada angka-angka pertumbuhan ekonomi, sementara dampaknya pada lingkungan dan masyarakat diabaikan. Akibatnya, penanganan banjir seringkali bersifat parsial, sekadar "memadamkan api" tanpa menyelesaikan masalah sebenarnya.



4. Kurangnya Edukasi Lingkungan

Masyarakat juga perlu diberdayakan. Masalah banjir bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga warga. Sayangnya, kesadaran untuk menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan atau merawat ekosistem lokal, masih rendah.




Yang Harus Diterapkan

Masalah seperti banjir Dayeuhkolot ini tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan tambal sulam. Diperlukan langkah strategis dan menyeluruh, baik dari sisi kebijakan maupun pemberdayaan masyarakat. Berikut beberapa solusi yang layak dipertimbangkan:


1. Rehabilitasi dan Perlindungan Lahan

Langkah pertama adalah mengembalikan fungsi lahan sebagai daerah resapan air. Alih fungsi lahan harus dihentikan, terutama di kawasan hulu. Selain itu, penghijauan dan penanaman kembali hutan di wilayah yang sudah kritis harus diprioritaskan.



2. Pengelolaan Sungai yang Lebih Baik

Sungai-sungai yang mengalami sedimentasi perlu segera dikeruk. Perlu juga ada kebijakan tegas untuk melarang pembangunan yang menyempitkan aliran sungai. Selain itu, masyarakat harus diajak terlibat menjaga kebersihan sungai, misalnya melalui program bank sampah atau pengelolaan limbah yang lebih baik.



3. Perencanaan Tata Kota Berbasis Lingkungan

Tata ruang yang baik adalah kunci untuk mencegah bencana di masa depan. Dalam Islam, menjaga keseimbangan alam adalah bagian dari amanah sebagai khalifah di muka bumi. Pembangunan harus dirancang dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan, bukan sekadar mengejar angka pertumbuhan ekonomi.



4. Pemimpin yang Amanah dan Berorientasi pada Kemaslahatan Umat

Dalam Islam, seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pemimpin harus memastikan kebijakannya berpihak pada rakyat dan lingkungan. Fokus utamanya adalah kemaslahatan umat, bukan keuntungan segelintir pihak. Rasulullah SAW bersabda, "Pemimpin adalah pelayan umat." Jika prinsip ini dijalankan, solusi yang ditawarkan tidak hanya pragmatis, tetapi juga berlandaskan moral dan spiritual.



5. Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Masyarakat juga harus dibekali pemahaman dan edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan. Program-program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan pengelolaan limbah dan aksi penghijauan, bisa menjadi langkah awal untuk melibatkan warga dalam solusi jangka panjang.




Jadi banjir di Dayeuhkolot seharusnya bisa diakhiri, jika semua pihak mau bekerja sama dan mengambil langkah yang lebih berani. Kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya bicara, tapi bertindak nyata untuk kepentingan umat dan kelestarian lingkungan.


Masalah ini adalah ujian, bukan hanya bagi masyarakat Dayeuhkolot, tetapi juga bagi kita semua. Apakah kita akan terus menyalahkan keadaan, atau justru mulai bergerak mencari solusi? Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya." Semoga ini jadi pengingat bagi kita, bahwa tanggung jawab terhadap lingkungan adalah bagian dari amanah yang harus kita tunaikan. Wallahu 'alam Bishawab

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter