Ke Mana Status Tayib di Tengah Geliat Industri Makanan?

Oleh Riani

Kasus penyakit kronis akibat pola makan semakin tak terkendali. Sejak pertengahan 2024 saat masalah gagal ginjal akibat makanan dan minuman manis pada anak naik secara drastis, jumlah kenaikan penyakit kronis lain mesti lebih diperhatikan. Sebagai contoh, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa penderita diabetes di Indonesia dapat mencapai 30 juta orang pada 2030 (p2ptm.kemkes.go.id, 11/12/2018). Kemudian
tren kanker usus besar meningkat di kalangan usia muda akibat pola makan dan gaya hidup (rri.co.id, 16/11/2024). Di sisi lain, penyakit jantung masih terus menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Kematian di Indonesia akibat penyakit ini terus mengalami peningkatan (unair.ac.id, 17/01/2024).

Makanan ultraproses dinilai sebagai salah satu penyebab tingginya angka penyakit kronis di Indonesia. Komposisi makanan ultraproses yang tinggi gula, garam, bahan pengawet, dan zat aditif lainnya merusak berbagai organ tubuh. Gula, misalnya, telah diketahui menyebabkan obesitas hingga secara tidak langsung meningkatkan kadar kolesterol LDL yang dapat menyumbat arteri hingga menimbulkan serangan jantung (
pmc.ncbi.nlm.nih.gov, 07/2016). Gula juga menyebabkan perkembangan sel kanker, dan fruktosa dalam minuman kekinian meningkatkan jumlah penderita fatty liver (www.media.neliti.com, 02/2011).

Sayangnya, industri makanan seolah-olah berlepas tangan dengan kandungan gula dalam makanan dan minuman. Bahkan, dalam sebuah artikel yang diterbitkan
The New York Times, produsen gula membayar para ilmuwan untuk mempromosikan lemak jenuh sebagai penyebab utama penyakit jantung alih-alih gula. Pada tahun 2015 pun, Coca-Cola sebagai produsen minuman manis terbesar di dunia menggelontorkan dana jutaan dolar kepada para peneliti untuk sebisa mungkin menutupi hubungan antara minuman manis dan obesitas (nytimes.com, 12/09/2016).

Di sisi lain, beredar mitos yang memperparah kondisi kesehatan banyak orang, misalnya bahwa telur menyebabkan penyakit bisul dan kolesterol, serta konsumsi daging merah yang menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker, dan sebagainya. Terdapat pula hal tabu yang dijauhi masyarakat Indonesia seperti berjalan kaki setiap hari. Padahal, kebiasaan ini sangat bermanfaat untuk kerja jantung, kekuatan tulang, dan kesehatan mental (TED-Ed, 02/01/2025). Selain itu, masyarakat menghindari latihan beban (
weight training). Padahal, olahraga ini mencegah berbagai penyakit kronis (nytimes.com, 01/09/2018).

Akhirnya, masyarakat tidak dapat menilai mana yang benar dan mana yang salah dalam hal pola makan serta gaya hidup sehat, ditambah lagi tidak ada edukasi sejak dini mengenai kandungan makanan sehat dan tidak sehat dari instansi pendidikan maupun media massa. Informasi-informasi seputar gizi di beberapa
website yang dikelola Kemenkes pun tidak berpengaruh banyak pada pengetahuan masyarakat. Sebagai contoh, banyak orang tidak mengetahui bahwa batas konsumsi harian gula bagi orang dewasa adalah 50 gram untuk semua makanan yang dikonsumsi dalam satu hari, padahal penjelasan ini dipublikasikan pada website, begitu juga batas konsumsi harian garam sebanyak 5 gram dan lemak jenuh sebanyak 67 gram (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 31/01/2024). Akhirnya, masyarakat merasa aman saat mengonsumsi minuman dengan kandungan gula sebanyak 25 gram atau saat mengonsumsi mi instan dengan kandungan garam lebih dari 1 gram, padahal jumlah ini hanya dari satu makanan yang dikonsumsi dalam satu hari.

Pertanyaannya, apakah industri makanan hanya mencari keuntungan tanpa memperhatikan kesehatan masyarakat? Lalu, ke mana status tayib di tengah geliat industri makanan? PT Ultrajaya Milk saja, misalnya, bergantung pada Teh Kotak untuk bersaing di pasar minuman teh dalam kemasan. Teh Kotak masih menjadi leader, menguasai
market share sebesar 61% (industri.kontan.co.id, 28/05/2024). Artinya, perusahaan menggantungkan harapan pada minuman manis untuk bisa bertahan dan terus mengeruk profit. Namun, jika minuman manis menyebabkan berbagai penyakit kronis di tengah masyarakat, artinya perusahaan tidak mempertimbangkan status tayib dalam produknya.

Lebih jauh lagi, inovasi pangan dalam kategori industri kuliner sama-sama melihat profit dibandingkan kesehatan konsumen. Inovasi pangan kekinian berputar di penyajian variasi kue dan kopi manis atau makanan tinggi karbohidrat seperti mi, bakso, dan seblak. Kemudian, mereka menggaet konsumen dengan mendirikan restoran-restoran estetis untuk sekadar nongkrong atau
Work from Café.

Sementara itu, di dalam Islam, masyarakat tidak dibiarkan memenuhi kebutuhan pangannya sesuai keinginannya sendiri. Mereka harus memenuhinya sesuai syariat, yaitu berdasarkan standar halal dan tayib. Standar ini bukan sebuah anjuran, tetapi suatu kewajiban. Allah SWT berfirman, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya” (QS Al-Maidah: 88).

Halal artinya terbebas dari segala bentuk zat yang telah diharamkan di dalam Islam. Pengertian ini sesuai dengan firman Allah di dalam surat Al-Maidah: 3: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala […].”

Sementara itu, tayib artinya bagus, sehat, dan lezat. Maka, makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak boleh merusak tubuh, akal, dan kehidupan (menzalimi diri sendiri). Tayib juga diartikan sesuatu yang suci, tidak najis, dan tidak menjijikkan sehingga tidak disukai oleh jiwa.

Berdasarkan pengertian ini, makanan ultraproses yang beredar di tengah masyarakat bukanlah makanan tayib karena dapat merusak tubuh bahkan mental. Terdapat hubungan antara kesehatan pencernaan dengan tingkat depresi, karena hormon serotonin yang mengatur suasana hati dan pola tidur 90%-nya diproduksi oleh sel-sel di dalam usus. Semakin kotor lingkungan usus akibat makanan tak sehat, semakin turun kadar serotonin (
healthline.com, 09/03/2024).

Maka, sekali lagi, ke mana status tayib di tengah geliat industri makanan? Tidak jelas pula siapa pihak yang seharusnya mengawasi status ini dalam peredaran pangan. Berperankah pemerintah dalam hal tersebut? Data menyebut bahwa sektor makanan dan minuman terus tumbuh dari tahun ke tahun, hingga pada 2024, Kemenperin menyatakan sektor ini menyokong 40,33% Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas (
tempo.co, 04/09/2024). Dengan demikian, apakah pemerintah menikmati profit ini hingga abai terhadap kesehatan masyarakat?

Sudah seharusnya masyarakat Indonesia kembali mengonsumsi
real food demi kesehatan jangka panjang. Hal ini harus dimulai dari edukasi, penyedian real food dengan harga yang terjangkau, dan pengawasan produksi makanan olahan. Terdapat hadits yang menyatakan bahwa “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka” (HR Ibnu Majah) dan “Imam adalah ra’in (gembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya” (HR Bukhari). Artinya, semua tugas tadi menjadi tanggung jawab pemerintah. Penindakan yang tegas atas produsen makanan yang “nakal” pun perlu dilakukan. Semua ini adalah demi kesejahteraan masyarakat.


Referensi:
https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/diabetes-penderita-di-indonesia-bisa-mencapai-30-juta-orang-pada-tahun-2030
https://www.rri.co.id/kesehatan/1124174/kasus-kanker-usus-besar-meningkat-di-indonesia
https://unair.ac.id/peningkatan-insiden-dan-kematian-akibat-penyakit-kardiovaskular-di-indonesia/
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5174142/
https://media.neliti.com/media/publications/151132-ID-konsumsi-fruktosa-berlebihan-dapat-berda.pdf
https://www.nytimes.com/2016/09/13/well/eat/how-the-sugar-industry-shifted-blame-to-fat.html
https://www.youtube.com/watch?v=eEWa7cpiyD8
https://www.nytimes.com/article/how-to-build-muscle-strength.html
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240131/2544885/cegah-meningkatnya-diabetes-jangan-berlebihan-konsumsi-gula-garam-lemak/
https://industri.kontan.co.id/news/teh-kotak-masih-jadi-produk-andalan-ultrajaya-milk-industry-ultj
https://www.healthline.com/health/serotonin-deficiency
https://www.tempo.co/ekonomi/industri-makanan-dan-minuman-tumbuh-5-53-persen-beri-sumbangan-terbesar-ke-pdb--12737 

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter