MUSLIM GHAZA, MALI, DAN LAINNYA TERUS DI DZALIMI, APAKAH PARA PENGUASA NEGARA BANGSA BISA MENOLONG MEREKA?
Oleh Restu Febriani
Lagi...lagi... dan lagi!!!! Kasus
pembantaian sadis terhadap salah satu etnis kembali terjadi. Kali ini etnis
Fulani menjadi korban pembantaian sekelompok orang yang diduga dari kelompok
Dogon di Mali,
Republik Mali, Afrika Barat. Hingga saat ini, ada 160 korban tewas akibat
serangan kelompok tersebut.
Ratusan mayat menjadi saksi atas kekejaman dan kebiadaban
Israel. Namun, Gaza harus kembali menangis, lantaran tentara muslim yang
terdekat dengan Gaza tidak ada yang mau membantu untuk mengusir Israel. Dua
menteri sayap kanan Israel malah mendesak agar pengeboman ke Jalur Gaza ditingkatkan setelah
serangan udara balasan terhadap roket Hamas. Menteri Pendidikan Israel Naftali
Bennett, dan Menteri Kehakiman Ayelet Shaked, keduanya dari partai sayap kanan
Hayemin Hehadash, menyerukan militer Israel untuk meningkatkan serangannya
terhadap kantong Gaza yang dikepung, dikutip dari Middle East Monitor, 26 Maret
2019.”
Para penguasa muslim pun hanya melakukan kecaman tanpa ada
aksi nyata untuk mengusir Israel. Umat Islam seolah bungkam dan tak mau tahu. Sangat
menakutkan melihat kondisi seperti ini, umat Islam tidak peduli dengan muslim
yang lain. Bahkan mereka tega menyaksikan saudaranya dibantai oleh laknatullah
Israel. Ini sebuah bukti nyata, umat Islam bertindak individualistis di bawah
payung nasionalisme yang menjadi ikatan kita saat ini.
Menurut Wikipedia, nasionalisme adalah satu paham yang
menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris
"nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama
untuk sekelompok manusia.
Maka, wajar sering muncul pernyataan, "Kita tidak usah
mengurusi masalah di Mali, karena kita beda negara." Coba bayangkan jika
kita yang ada pada posisi Mali, apakah kita tidak menangis mendengar saudaranya
sendiri berkata demikian? Padahal kaum muslim adalah satu tubuh.
"Umat muslim ibarat satu tubuh, jika tubuh yang satu
sakit, maka tubuh yang lain pun akan merasakan sakit." (HR.Muslim)
Dan Rasulullah SAW pun bersabda:
“Barangsiapa ( dari umatku ) yang ketika bangun pagi tidak
memikirkan nasib umat, maka dia bukan umatku ( umat Nabi Muhammad Saw )”. HR.
Ahmad.
Ini semua terjadi, tidak lain dan tidak bukan karena sekat
nasionalisme. Sekat inilah yang menjadikan kita terpecah belah menjadi
negara-negara kecil, yang membuat kita tidak peduli satu sama lain. Bentuk
negara bangsa sudah menjadi penghalang besar untuk ummat bersatu mewujudkan
ukhuwah yang sebenarnya.
Paham nasionalisme yang dihembuskan musuh-musuh Islam untuk
merusak ukhuwah kaum muslimin. Wathaniyah, syu’ubiyah, ummiyah atau qaumiyah
akan membatasi sikap wala hanya lingkup negaranya sendiri,
termasuk di dalamnya berwala kepada orang Yahudi, Nasrani, dan Islam
tanpa mempedulikan perbedaan aqidah diantara mereka. Ikatan Islam adalah ikatan
aqidah, lebih utama dibandingkan wathaniyah. Islam adalah umat yang
satu, disatukan oleh satu kalimat “Laa illaha illallah Muhammad
Rasulullah”.
Pembentukan
negara bangsa yang telah melahirkan nasionalisme itulah merupakan alat penjajah
untuk melemahkan umat islam dunia. Karena mereka sadar tidak akan pernah mampu
mengalahkan kaum mulsimin dengan bentrokan fisik. Musuh-musuh Islam
mencari celah agar Ukhuwah Islamiyah rapuh. Karena ternyata Ukhuwah Islamiyah
memiliki peran yang sangat besar mempertahankan bangunan Islam. Diantara
langkah untuk menghancurkan Ukhuwah Islamiyah, mereka menyebarkan isme-isme
atau paham-paham yang menyebabkan umat Islam bingung dan tidak lagi meninggkan
nilai-nilai Islam. Walhasil, justru umat Islam berbangga-bangga dengan produk
yang bersumber dari musuh-musuhnya.
Maka, sudah saatnya kita campakkan nasionalisme, dan kembali
pada ikatan yang fitrah, yaitu ikatan akidah Islam, yang bisa terwujud hanya
dengan sistem Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Dan hanya dengan
Daulah Khilafah Islamiyah saja, kita bisa mempunyai tempat berlindung.
"Sesungguhnya Imam/Khalifah itu laksana perisai,
tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya."
(HR Muslim).
Permasalahan Gaza tidak akan pernah selesai, sebelum kita
menerapkan Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Hanya khilafah yang
akan mampu untuk menghilangakan nation state dan mengerahkah tentara muslim untuk Ghaza, Mali
dan negara lainnya yang terus didzalimi. Dan hanya khilafah Islamiyah yang akan
meilindungi Ghaza, Mali dan seluruh umat muslim di dunia. Bukan kapitalisme,
bukan pula nasionalisme!
Wallahu ‘alam
bisshowab...
Komentar
Posting Komentar