Rezim Bungkam Kebenaran... Rakyat Bongkar Kegagalan Rezim


Oleh : Rengganis Santika
         Saat ini, di periode kedua kepemimpinan rezim, barangkali mereka perlu lebih sedikit menguras otak dan energi untuk membungkam suara kritis rakyatnya terhadap kerja...kerja dan kerja rezim. Rezim bahkan nampak panik dan tak jarang kebakaran jenggot! Membangun narasi yang hanya didasari fitnah, semua masalah dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme, seolah-olah lebih berbahaya di banding pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tak pernah mencapai target di era Jokowi. Seakan-akan radikalisme sudah menyedot uang negara dibanding korupsi yang dilakukan para pejabat dan anggota DPR.

        Bahkan radikalisme dan khilafah dinarasikan lebih jahat dibanding komunisme atau OPM di Papua. Negara cuma "terlalu biasa" dan tidak serius atau malah pura-pura tak tahu dengan kondisi dan akar masalah di Wamena dan Papua pada umumnya. Para buzzer mendengungkan opini yang yang bertolak belakang dengan fakta, mereka gemar mencari kambing hitam seraya menyudutkan, menuduh islam. Semua itu dilakukan untuk menutupi kegagalannya. Gagal dalam mengelola negara. Janji sejahtera dan menjadi bangsa yang unggul cuma isapan jempol.
Tapi sekarang rakyat semakin cerdas, rakyat mengerti mana yang bohong dan cuma rekayasa dan mana fakta sesungguhnya. Mungkin saat periode pertama rakyat masih bisa ditipu, dibohongi. Tapi saat ini cukup sudah, bagi rakyat sendiri tak perlu bersusah payah untuk membongkar kegagalan rezim. Semua sudah sangat nyata dan terang benderang. Sebab rakyat dibawahlah yang menjadi obyek penderita dari semua kegagalan ini. Rakyatlah yang menyaksikan dan merasakan ketidakadilan dalam semua bidang kehidupan di negri ini. Rakyat tak lagi bodoh, sudah terlalu lama diam tak berdaya, menahan kekecewaan ketika melihat dan merasakan kelalaian negara dan kedzaliman para pemimpin negri. 
          Rezim telah gagal dalam memenuhi kebutuhan asasi rakyatnya secara adil merata, kebutuhan berkualitas dan terjangkau bagi setiap lapisan individu masyarakat jauh panggang dari api. Termasuk pendidikan, kesehatan dan keamanan....Kemiskinan semakin meningkat (jangan melihat data yang disodorkan rezim tapi lihatlah fakta sebenarnya). Politik hanya jadi alat meraih kekuasaan, sekalipun dengan menghalalkan segala, kalau perlu curang dan habisi lawan politik. Hukum dinegri ini makin kehilangan wibawa dan jati dirinya. Salah jadi benar, benar jadi salah. Pengkhianat dipuja puji, pembela rakyat, orang yang amanah di persekusi.
           Para pemimpin negara dan para wakil rakyat semakin minim kepekaan sosial, entah dimana nurani dan akal sehat mereka, atau setidaknya kesadaran bahwa rakyatlah yang memilih mereka, sehingga tega merumuskan kebijakan yang justru merugikan rakyat dan merusak negara. Mereka hanya menjadi boneka asing, didikte, dan dituntun hawa nafsu kapitalisme global. Lihatlah bagaimana DPR dan pemerintah yang diberi amanah untuk mensejahterakan rakyat, sebaliknya mereka hanya memproduksi Undang-Undang (UU) bermasalah, kontroversial yang menguntungkan satu kelompok dan merugikan rakyat. UU dibuat sesuka mereka. Ingat biaya demokrasi tidak murah, bung! Akhirnya daftar masalah, musibah, tragedi yang menimpa bangsa semakin panjang tak berkesudahan. Semua ini menghasilkan rasa kecewa dan kemarahan rakyat!
         Rakyat bangkit, melalui aksi para mahasiswa dan pelajar (khususnya STM). Tema-tema yang diangkat para mahasiswa ada tentang karhutla di Riau, namun sebagian besar aksi mahasiswa adalah penolakan RUU bermasalah dan pencabutan UU KPK. Ada pihak yang menyindir bahwa adik-adik mahasiswa ini tidak tahu isi RUU, tidak ngerti tujuan aksi. Mungkin memang demikian. namun justru yang lebih parah lagi bahwa para anggota dewan "terhormat" sendiripun banyak yang tidak ngerti dan tidak baca keseluruhan RUU dan tidak menutup kemungkinan pemerintah pun tidak baca keseluruhan dan paham, terlebih lagi jajaran polisi yang tega melibas dengan sadis dan brutal aset bangsa di masa depan ini dipastikan mereka juga tak tahu perjuangan para mahasiswa ini.
         Ada sebagian kalangan yang bertanya kenapa baru sekarang mahasiswa melakukan eksyen, kemarin-kemarin kemana? Saat kisruh pemilu, saat kematian 700 anggota KPPS, hingga akhirnya yang maju adalah emak-emak militan. Ada yang mensinyalir gerakan mahasiswa ini ditunggangi, ada aktor yang memobilisasi dan para mahasiswa ini dibayar. Terlepas dari itu semua, sekarang makin nyata bahwa gelora perlawanan terhadap ketidakadilan sudah menyebar pada hampir semua elemen masyarakat. Dari mulai aksi umat islam, aksi emak-emak, kemudian aksi para pemuda mahasiswa bahkan yang tak biasa dan mejadi viral adalah aksi heroik pelajar STM.
         Pemuda, pelajar dan mahasiswa adalah agent of change, agen perubah...bahkan perubahan sejarah dunia berawal dari mereka. Gerakan perubahan mereka sejatinya adalah perlawanan terhadap kemungkaran, dan sudah seharusnya motor penggerak adik-adik ini adalah spirit atau ruh amar ma'ruf nahi munkar. Dipastikan sebagian besar peserta aksi adalah pemuda muslim. Aksi jangan sebatas semangat dan keberanian yang sifatnya instan/spontanitas atau bahkan hanya sekedar gaya-gayaan. Namun harus mengarah pada perubahan hakiki, tidak hanya sekedar tujuan permukaan dan parsial mencabut UU atau karhutla tapi lebih dari itu perubahan harus menyentuh pada akar sistem yang menjadi biang yang mengakibatkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam semua aspek rusak.
          Kesadaran hakiki harus dibangun dan tumbuh dalam jiwa para pemuda. Jangan sampai kematian yang menimpa Akbar Alamsyah di Jakarta, kemudian dua mahasiswa yang ter(di)tembak di Kendari termasuk mahasiswa yang gugur digilas mobil aparat di Makasar juga puluhan yang terluka parah menjadi berlalu begitu saja. Kejahatan rezim lewat tangan aparat harus dipertanggungjawabkan. Rakyat termasuk para mahasiswa, akademisi sudah bosan dengan narasi menyesatkan yang dibangun rezim. Rakyat sudah bosan dengan ancaman-ancaman seperti yang dikeluarkan menristekdikti. Negara jangan sampai berekayasa melakukan pembenaran atas semua tindakannya ..karena perubahan hakiki itu pasti, kebenaran pasti akan muncul dan menang. Allah pemilik sebaik-baik makar, tugas kita terus amar ma'ruf nahi munkar.

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter