Banyak Kerugian dari Dominasi Asing dalam Pembangunan Ibu Kota Baru
Oleh Ai Sri H.
Pemerintah menjelaskan
alasan menempatkan tiga tokoh asing sebagai dewan pengarah pembangunan ibu kota
baru. Tiga orang tersebut adalah putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed, CEO
SoftBank Masayoshi Son, dan eks Perdana Menteri Inggris Tony Blair (sumber:
TEMPO.CO). Pemerintah mencontohkan Abu Dhabi Mohamed bin Zayed memiliki
pengalaman saat membangun kota Masdar di Abu Dhabi. Kota ini mendapat reputasi
baik dari dunia karena dianggap kota yang berkelanjutan kota yang ramah
lingkungan. Adapun Masayoshi, kata pemerintah dikenal memiliki reputasi baik di
bidang tekhnologi dan keuangan. Sementara Tony menurut dia, dianggap memiliki
pengalaman dibidang pemerintahan. Keterlibatan tokoh-tokoh ini dalam
pembangunan ibu kota baru sebenarnya sudah terlihat dalam beberapa minggu
terkahir, setelah kunjungan pemerintah ke UEA. Disana MBZ pun memastikan
negaranya sudah menyiapkan dana US$ 22,8 Miliar untuk berinvestasi di
Indonesia.
Saat ini
pemerintah serius mempersiapkan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke
Penajam Pasar Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. Targetnya, semua
proses ini akan tuntas pada 2045, untuk menuju kesitu dibentuklah dewan
pengarah yang akan memberi nasehat kepada pemerintah. Dan pemerintah akan
melibatkan banyak asing di proyek pembangunan ibu kota baru, demi mendapatkan
pengakuan dari dunia. Namun, Publik justru menganggap peran besar asing berarti
memperbesar intervensi kepentingan mereka dinegeri ini.
Sejumlah
konsultan asing juga menawarkan diri terlibat desain ibu kota negara baru,
setidaknya ada tiga negara yang berpeluang ikut serta, saat ini makin besar
hegemoni asing diseluruh lini kehidupan di Indonesia, termasuk dalam
pembangunan ibu kota baru, mereka berebut ingin menjadi sebagai pemasok bahan,
sebagai konsultan, pimpinan proyek hingga pelaksana proyek.
Kenapa asing sangat andil dalam pembangunan ibu kota baru? Hal
tersebut terjadi karena ada kepentingan atau agenda besar baik dalam masalah
politik, ekonomi, maupun ideologi Yang akan mengakibatkan dampak kerugian mulai
dari pengambilan keuntungan, intervensi asing yang akan sangat merugikan bangsa
dan negara. Dan penjajahan ekonomi sudah jelas akan terjadi mereka setidaknya
bisa menguasai lajunya perekonomian di Indonesia bahkan yang paling ditakutkan
hilangnya kedaulatan.
Seharusnya
pemerintah cerdas dalam berencana pembangunan atau pemindahan ibu kota baru,
tidak semena-mena dengan banyak melibatkan asing dalam proyek ini.
Dalam pemerintahan
Islam jelas bahwa tidak boleh memberi kuasa kepada mereka yang akan merusak
bahkan mengambil kekuasaan negara. Allah SWT berfirman:
٭لَّذِيْنَ يَتَرَ بَّصُوْنَ بِكُمْ ۚ فَاِ نْ كَا نَ لَـكُمْ
فَتْحٌ مِّنَ اللّٰهِ قَا لُـوْۤا اَلَمْ نَـكُنْ مَّعَكُمْ ۖ وَاِ نْ كَا نَ
لِلْكٰفِرِيْنَ نَصِيْبٌ ۙ قَا لُـوْۤا اَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ
وَنَمْنَعْكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ فَا للّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ
الْقِيٰمَةِ ۗ وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ
سَبِيْلًا
“(yaitu)
orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai
orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka
berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika
orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata:
"Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang
mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat
dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman” (Qs. An-Nisa [4]: 141).
Dalam
pemerintahan Islam (Khilafah) yang anti penjajahan, salah satunya diwujudkan
dengan kebijakan, waspada dan tegas dalam menjalin hubungan dengan negara asing
di luar Daulah Islam. Daulah Islam boleh bekerja sama dengan kafir Muahid
(kafir yang mempunyai perjanjian dengan Daulah Islam) Dan haram hukumnya
bekerja sama dengan kafir harbi (kafir yang jelas jelas memusuhi dan memerangi
umat Islam). Dan hal ini sangat bertolak belakang dengan pemerintahan saat ini,
negara tidak memilih dan memilah dengan siapa bisa bekerja sama. Bahkan dengan
negara asing yang memusuhi Islam pun saat ini malah bersahabat. Demikianlah
kefasadan dari sistem yang tidak berlandaskan pada hukum dari Sang Kholiq.
Wallahu alam
bishowab
Komentar
Posting Komentar