Ilusi Toleransi dalam Sistem Demokrasi
Oleh : Nena Fatimah
Aksi pengrusakan Masjid Al Hidayah di Perumahan Griya Agape,
Desa Tumaluntung, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi
Sulawesi Utara (Sulut) dilakukan oleh ormas setempat pada hari Rabu tanggal 29
januari kemarin. (makassar.tribunnews.com). Kejadian ini menambah deret panjang
kasus “intoleran” beragama yang terjadi di Indonesia.
Begitu maraknya kasus intoleran di Indonesia, dimulai dari
pelecehan simbol agama, perusakan rumah ibadah, ataupun pelarangan symbol agama
(seperti hijab di sekolah bali) dan masih banyak lagi. Banyaknya kasus yang
terjadi membuktikan bahwa system demokrasi saat ini memang belum mampu
mewujudkan kerukunan agama yang di idam-idamkan.
Ilusi Toleransi dalam Sistem Demokrasi
Toleransi, khususnya dalam beragama, digadang-gadang akan
terwujud dalam sistem demokrasi. Tapi fakta menunjukkan sebaliknya, banyak
kasus yang menunjukkan “ketidak toleransian” dalam sistem ini. Bukan hanya di
Indonesia, tetapi di belahan dunia lain yang memakai sistem ini pun sama. Lebih
parah lagi, muslim sering menjadi korban.
Masih teringat jelas, kasus penembakan jamaah masjid di
Selandia Baru, Australia, Kasus Islamophobia di Amerika, dan kasus penyerangan
wanita bercadar di Prancis. Seluruh negara tersebut adalah negara demokrasi.
Namun, Kerukunan beragama yang diidam-idamkan dengan tegaknya sistem ini hanya
ilusi. Demokrasi yang memiliki pilar kebebasan beragama dengan sikap toleransi
pun hanya wacana.
Demokrasi berpedoman bahwa sumber aturan adalah manusia.
Manusialah sebagai pembuat aturan. Padahal manusia adalah makhluk lemah,
terbatas dan dipenuhi kepentingan. Demokrasi dengan pilar kebebasan beragama
dalam penerapannya yang menjadikan manusia sebagai pengatur, akan membawa
manusia bukan kepada kebahagiaan.
Namun sebaliknya kehancuran. Hal ini karena manusia tidak
memiliki kemampuan untuk membuat aturan sempurna, apalagi “otak” manusia sering
melakukan sesuatu atas dasar kepentingan. Alhasil, aturan yang timbul tidak
memiliki standar yang jelas, yang terjadi malah banyak kezaliman, sehingga kerukunan
beragama tinggallah ilusi.
Islam Mewujudkan Kerukunan Beragama
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah kepada nabi
Muhammad SAW untuk seluruh umat memiliki konsep jelas dalam segala urusan
manusia. Allah menurunkan seperangkat aturan agar kehidupan bahagia mampu
diraih manusia salah satunya adalah mengatur urusan keberagaman manusia. Islam
memiliki aturan dalam menyikapi keberagaman manusia sehingga terwujud kerukunan
dalam beragama.
Hal yang alamiyah manusia beragam termasuk dalam urusan
beragama. Di zaman Rasulullah pun, saat Rasulullah memimpin Madinah sebagai
daulah Islam yang pertama, warganya tidak semua muslim. Di dalamnya juga ada
Yahudi dan nasrani. Namun semua mampu hidup rukun dan akur. Itu semua karena
aturan Islam yang diterapkan.
Islam tidak memaksa manusia dalam memeluk agama Islam. Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh: 256, “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam)....”. Sehingga, walaupun Rasulullah menjadi kepala
negara, beliau tidak akan memaksa warganya untuk memasuki agama Islam.
Sebagai muslim pun kita tidak diperbolehkan untuk memaksa
seseorang memasuki agama Islam. Membiarkan nonmuslim melakukan agamanya di
tempat peribadatannya dan tidak mengganggu mereka itulah sikap yang diwujudkan
sebagai muslim. Kewajiban muslim hanya mendakwahkan Islam.
Dalam daulah Islam, hak dan kewajiban muslim maupun non
muslim sebagai warga negara sama. Tidak akan dibedakan dan hidup berdampigan.
Sehingga tidak muncul kecemburuan dalam pengurusan warga karena ketidak adilan
negara.
Sejarah membuktikan, daulah Khilafah dengan Islam sebagai
dasar pengaturan negara mampu mewujudkan kerukunan beragama. Daulah Khilafah
yang pernah menguasai hampir 2/3 dunia sebagai buktinya. Luasnya wilayah
kuasaan Islam, dengan beragamnya manusia termasuk dalam urusan agama, mampu
disatukan.
Kuncinya adakah perlakuan adil dalam pemerintahan dan
pengurusan yang memang diwajibkan dalam Islam oleh penguasa kepada rakyatnya.
Bahkan, karena melihat kemuliaan Islam, tanpa paksaan, banyak masyarakat yang
masuk ke dalam Islam. Wallahu ‘alam
Komentar
Posting Komentar