MENGEJUTKAN!!...JAWA BARAT DI POSISI BUNCIT INDEX PEMBANGUNAN PEMUDA.


Oleh : Rengganis Santika A, STP.
        Ada apa dengan para pemuda di Jawa Barat? Cukup mengejutkan memang, data yang dirilis oleh Bapennas bersama BPS dan kementrian pemuda dan olahraga, bahwa indeks pembangunan pemuda (IPP) Jawa Barat adalah terendah, meluncur jauh ke urutan buncit dari 34 propinsi se-indonesia. Urutan pertama ditempati oleh DI Yogyakarta (galamedia.com dan tribun jabar). Memang terkadang angka tidak menyiratkan realitas sesungguhnya, namun data ini dihitung berdasarkan fakta yang relatif terukur. Wajar bila sebagai warga Jabar terkejut, sebab rasanya bagaimana bisa terjadi? Mengingat Jawa Barat adalah pusatnya pembangunan di negri ini, sekaligus sebagai propinsi dengan jumlah penduduk termasuk aset pemudanya terbesar se-indonesia.

Berdasarkan data tersebut, komisi V DPRD Jawa Barat, meminta masalah ini perlu segera ditindak lanjuti oleh pemprov Jabar dan pihak terkait (stakeholder) (sukabumi.update.com). Orang nomer satu di Jabar yaitu gubernur harus cepat mengambil langkah strategis, tidak salah prioritas dalam membuat kebijakan. IPP sebenarnya merupakan gambaran capaian pembangunan secara umum yang meliputi bidang Pendidikan, Kesehatan, ketenagakerjaan, kesejahteraan, partisipasi politik dan kepemimpinan. Bidang-bidang tersebut merupakan bidang strategis, sebab dampaknya menyentuh seluruh rakyat bukan hanya pemuda. Apa yang terjadi di Jawa Barat, sebenarnya adalah realitas kondisi negri ini, apalagi Jawa Barat merupakan etalase nasional. Maka fakta di Jabar begitulah kurang lebih fakta nasional.
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini Indonesia berada dibawah rezim neoliberalisme. Neolib merupakan anak kandung dari kapitalisme, ideologi ini terbukti sebagai biang keterpurukan rakyat. Sebab liberalisme yang menjadi tubuh kapitalisme telah mencabut hak-kak kemashlahatan rakyat hampir di semua lini kehidupan, karena memang begitulah hakekat kapitalisme sejati, rakyat dipaksa autopilot mengurus hidupnya sementara pemerintah hanya sebagai regulator bahkan penonton. Paham atau ide ini memang sengaja dirancang demi kepentingan para kapitalis (para pemodal).
         Liberalisasi pun telah mencabut paksa subsidi kesehatan dengan memaksa skema BPJS yang kian mencekik dengan menaikan premi sebesar 100%. Demikian pula liberalisasi ekonomi telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi investasi asing hingga tak ada lagi daulat negara atas kekayaan negrinya yang melimpah, negara dipaksa menggenjot infrastruktur berbagai megaproyek hingga harus berhutang, bahkan tenaga asing ikut merambah masuk lewat investasi. Walhasil negri ini hanya mengais remah-remah investasi walaupun harus dibayar mahal dengan hilangnya kedaulatan karena semua aset dikuasai asing dan aseng.
          Harga diri negri ini jatuh terpuruk dibawah kebijakan yang diatur asing dan aseng. Hampir semua sektor, berada dibawah regulasi yang mengandung "kemashlahatan" sang pemilik modal. Rakyat makin "ambyar" mereka sakit dibawah jebakan madu BPJS yang berisi racun, kini racunnya mulai tercium menyengat, lapangan kerja minim banyak PHK, daya beli rakyat bahkan terhadap kebutuhan pokok pun semakin rendah, biaya pendidikan layak mahal. Perlahan tapi pasti semua subsidi untuk rakyat kecil dicabut, negara hidup dengan memajaki rakyatnya dan terus berhutang. Jangan berharap sejahtera dibawah ketiak rezim neolib!! Kemakmuran cuma "halu" begitu kata anak muda. Hakekatnya semua propinsi terkena imbas rezim neolib, namun tentu dampaknya bisa berbeda tergantung kondisi demografis, geografis, politik, sosial dan langkah antisipasi pemerintah daerahnya tentu...ini yang menentukan peringkat IPP tiap propinsi.
Liberalisme dengan spirit kebebasan beragama, berbicara dan bertingkah laku, juga nampak dalam kehidupan sosial, dimana keadaan ini semakin memperburuk kondisi para pemuda. Benak mereka dijejali gaya hidup bebas sekuler yang merusak. Pergaulan bebas, lgbt, narkoba, miras, kekerasan, mental hedonis, jiwa pragmatis, egois individualis, hingga terbius sihir medsos, inilah yang tengah melanda anak negri. Jawa Barat boleh dikata adalah propinsi yang banyak menawarkan gelora hawa nafsu anak muda.
Pemerintah tak melihat liberalisme sebagai bahaya sesungguhnya. Negara malah sibuk melawan radikalisme yang tak jelas definisinya. Benih kebangkitan umat, suara perubahan hakiki, jiwa kritis terhadap problematika umat, yang muncul dari pemuda justru dicap radikal, dibungkam, dipersekusi. Partisipasi politis dan kepemimpinan para pemuda praktis terkubur dan sengaja dimandulkan rezim. Kenyataan saat ini para pemuda tengah mengalami krisis kepemimpinan pemuda. Negara gagal mensejahterakan rakyat dan menyelamatkan aset bangsa. Jujur, pemuda kini umumnya malah jadi beban negara, masyarakat dan keluarga, bahkan beban bagi dirinya sendiri.
Disaat para pemuda milenial saat ini mengalami krisis keteladanan, tak ada salahnya kita melihat ke belakang, bukan untuk mundur namun guna menata ulang peta jalan membangun generasi emas peradaban dimasa yang akan datang. Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna, telah dicatat dunia memiliki rekam jejak hebat dalam mencetak pemuda terbaik. Di era kekhilafahan posisi pemuda adalah sebagai "agent of change" sekaligus problem solver bagi masyarakat nya.
 Sejak masa Rasululloh, visi negara adalah membangun adidaya yang dimulai dengan membangun sumberdaya manusia yang kuat. Kesejahteraan rakyat adalah prioritas sekaligus investasi negara. Dengan cara menjamin kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan yang berkualitas secara gratis bagi semua warganegara khilafah baik muslim maupun non muslim. Generasi unggul dicetak melalui aspek pendidikan pada semua level yaitu ketakwaan individu, kontrol keluarga dan peran negara.
  Maka lahirlah Usamah bin Zaid, Zubair bin Awwam, sholahuddin al ayyubi, Al khawarizmi, Ibnu sina, Imam syafii, dan tentu sosok yang sedang happening saat ini yaitu Muhammad Al Fatih. Masih banyak deretan pemuda hebat masa khilafah termasuk para wanitanya. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Berharap pada sistem buatan manusia seperti kapitalisme demokrasi, tentu tidak! Wahai pemuda inilah waktu terbaikmu meraih kemuliaan dunia akhirat. Bekali dirimu dengan sebaik-baik bekal yaitu iman dan takwa. Kembalilah pada islam..pelajari islam secara kaffah dengan landasan qur'an dan sunnah. Ambillah tempatmu sebagai pejuang yang dirindukan umat sebagaimana pendahulumu, bagi perubahan dunia yang rahmatan lil alamin dibawah naungan khilafah...

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter