Negeri Serba Oplosan, Hanya Ada Di Sistem Kapitalisme Sekuler

Oleh : Rengganis Santika

Sungguh menyesakkan dada, belum tuntas kelanjutan kasus oplosan Pertamax hingga oplosan minyak goreng subsidi. Belum lama ini muncul kasus beras premium oplosan. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan, beras premium oplosan bebas beredar dipasaran, di pajang di rak supermarket hingga minimarket sebagai beras dengan cap berkualitas premium. Padahal isinya beras biasa yang dioplos. Kuantitasnya pun menipu seharusnya 5 kg faktanya cuma 4,5 kg. Sontak fakta ini mengejutkan banyak pihak terutama konsumen. Hasil investigasi Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan, terdapat 212 merek beras terbukti tidak memenuhi standar mutu, mulai dari berat kemasan, komposisi, hingga label mutu. Mentan juga mengatakan kerugian konsumen mencapai hampir 100 trilyun. (Jakarta 13/7/2025, Kompas.com)

Fakta lain yang tak kalah mengejutkan, beras murahpun dioplos. Sebagaimana dilansir media REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, Kasus pengoplosan beras kualitas rendah menjadi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog. Beras ini diperuntukan bagi warga miskin. Peneliti dari Centre of Reform on Economics (CORE), Eliza Mardian menilai, fakta ini dapat mengganggu program pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan menggagalkan misi utama program subsidi pangan untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah keluar dari jerat kemiskinan. (27/7/2025). Beras SPHP dioplos dengan beras reject berkualitas rendah kemudian dikemas ulang menjadi beras premium, kasus ini ditemukan di Pekanbaru, Riau (suara com).

Mengapa Kasus Serba Oplosan Marak Terjadi?

Kasus oplosan bukan hanya satu dua kasus akibat ulah oknum, tapi faktanya sudah terjadi meluas secara sporadis dan nasional. Produk serba oplosan sudah menjadi fenomena, seperti ada "mesin" yang terus memproduksi berbagai kasus oplosan. Temuan kasus sebanyak 212 merek beras premium oplos cukup menjadi bukti, negara darurat "oplosan". Pelakunya pun bukan main-main, yaitu para oligharky, salah satunya PT Wilmar grup (Republika com) yang menguasai pasar minyak goreng nasional dan kemudian merambah komoditi strategis dan vital yaitu beras. Soal untung, tak ada kata puas bagi para pengusaha raksasa (oligharhy), sekalipun aset mereka menggurita, tapi praktek menghalalkan segala cara ditempuh walau harus tipu-tipu, demi meraup untung semakin besar. 

Semua fakta ini semakin meyakinkan kita bahwa kita hidup dialam negeri yang menerapkan sistem kapitalisme sekuler. Sebab hanya dalam sistem inilah, keserakahan terhadap harta bisa terpuaskan. Dalam bahasa arab kapitalisme adalah ra'sumaliyah (kepala harta). Isi kepala para kapitalis memang harta ..harta...dan harta, menumpuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta. Didukung azas sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, maka klop! silahkan menipu, merugikan orang lain, menghalalkan segala cara yang penting untung banyak. Lemahnya pengawasan dan sanksi hukum juga masalah. Kenapa barang oplosan bisa beredar bebas?? Kemana peran negara? Fatalnya dalam kapitalisme negara hanya sekedar regulator.

Ideologi Islam Menjamin Negara Hadir Menjaga Rakyat

Hanya dalam ideologi Islam, peran negara begitu kuat dan besar sebagai institusi yang menjaga dan memastikan terwujudnya kemaslahatan rakyat. Model negara dan pemerintahan dalam Islam sudah baku yaitu khilafah, dialah institusi politik yang akan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan, totalitas (kaffah). Islam sebagai ideologi, memosisikan syariat Islam yang kaffah menjadi rujukan. Allah SWT sebagai pembuat hukum adalah pemegang otoritas kedaulatan. Wujud keimanan seorang muslim adalah meyakini sepenuh hati hanya aturan Allah sumber mashlahat bagi umat. 

Negara di garda terdepan mengawasi barang yang beredar. Perkara pangan adalah hajat hidup rakyat maka harus menjadi prioritas negara. Negara wajib memastikan pangan yang beredar berkualitas baik. Negarapun menerapkan sanksi tegas bagi pelaku, seperti ta'zir oleh Khalifah. Pelaku bisa dikenakan ganti rugi, dipublikasikan perbuatannya, dipenjara atau sanksi menjerakan lainnya. Dalam sistem Khilafah dipastikan tegak tiga pilar yaitu Ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan kehadiran negara. Kita ingat kisah Khalifah Umar bin Khattab ra, saat blusukan mendengar dialog ibu dan anak gadisnya, dimana si ibu menyuruh anaknya meng oplos susu dengan air. Si anak mengingatkan ada Allah yang maha melihat sekalipun Khalifah tidak melihat. Inilah Islam dimanapun iman selalu jadi landasan tiap perbuatan. Wallahu'alam .


Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter