Penanggulangan HIV/ AIDS dalam Sistem Islam
Oleh : Eli Maryati
Angka penularan HIV/ AIDS di Indonesia terus meroket. Indonesia termasuk
salah satu negara epidemik HIV yang pertumbuhannya tercepat di Asia. Dari
banyaknya orang yang terkena HIV/AIDS di Indonesia, tragisnya ibu rumah tangga
menempati peringkat tertinggi, mereka adalah korban dari suaminya yang tertular
HIV/ AIDS akibat prilaku seks bebas (zina), berganti pasangan, pengguna
narkoba, isteri para pria guy, dan lain sebagainya.
Setelah menerpa kalangan ibu rumah tangga, virus HIV/AIDS
kemudian menyebar ke anggota keluarga terdekat, terutama anak dari ibu
penderita HIV/AIDS. Seperti yang terjadi di kabupaten Simosir, provinsi Sumatra
Utara. Tiga siswa Sekolah Dasar ( SD) di daerah tersebut dilarang bersekolah
karena diduga menderita HIV/ AIDS. Lebih jauh lagi, menurut data PBB tahun 2014
terdapat 3200 anak di Indonesia yang terjangkit HIV/AIDS. Angka ini bisa jadi
meningkat di tahun sekarang, mengingat kasus ini seperti fenomena gunung es yang
memungkinkan jumlah yang lebih besar karena tidak terlaporkan.
HIV/AIDS sebetulnya bukanlah penyakit menular layaknya virus
Influenza, Kolera dan TBC. Tetapi hal ini terjadi sebagai akibat dari gaya
hidup manusia yang menyimpang dari fitrahnya dan mengabaikan peringatan dan
perintah Allah SWT. Perilaku menyimpang tersebut di antaranya Lesbian,
Guy, Biseksual, dan transgender (LGBT) yang saat ini keberadaan komunitasnya
sudah menjamur di berbagai kota di Indonesia dengan jumlah yang sangat fantastis.
Perilaku menyimpang dari syariat seperti seks bebas,
pergaulan yang campur baur, pelacuran, pengguna narkoba dan lain sebagainya,
tak sedikit orang mengaitkan perbuatan laknat tersebut sebagai bagian dari
aktivitas yang mengundang bencana dan murkanya Allah. Seperti firman Allah yang
terdapat pada surat Ar-Run ayat 41 yang berbunyi Allah SWT berfirman:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan
tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Meningkatnya jumlah pengidap HIV/AIDS diakibatkan sistem
kapitalis liberal yang diterapkan di Indonesia dan juga gaya hidup
masyarakatnya yang permisif. Di dalam sistem kapitalisme, kampanye pun digeser
agar masyarakat tidak phobia terhadap HIV/AIDS dan ditunjukkan agar publik
dapat menerima kehadiran kaum OHIDA (Orang Hidup dengan HIV/AIDS). Masyarakat
juga di ajak untuk tidak malu melakukan tes HIV/AIDS. Jika terbukti
positif, maka dihimbau agar mau berobat dan hidup normal seperti biasa. Hal ini
membuktikan penanganan HIV/AIDS dalam sistem kapitalisme lebih fokus pada
kuratif(pengobatan) ketimbang preventif (pencegahan).
Apa yang di lakukan hari ini oleh seluruh negara di dunia
termasuk pemerintah Indonesia dipastikan akan menemui jalan buntu, karena
lebih berkutat pada tindakan kuratif. Padahal, solusi terbaik adalah preventif
(mencegah prilaku seks bebas dan gaya hidup liberal). Pencegahan terbaik tidak
lain berasal dari ketakwaan Individunya.
Solusi terbaik dari permasalahan HIV/AIDS adalah berasal dari
Islam. Yakni memberikan tindakan preventif dengan mengharamkan perzinaan
dan gaya hidup menyimpang (LGBT) dan lain sebagainya. Selain itu, epidemi
HIV/AIDS bisa di selamatkan dengan mengenyahkan Liberalisme dan menggantinya
dengan sistem Islam. Islam akan mencegah perbuatan zina dengan membuka
kemudahan pintu pernikahan dan menjaganya dengan sanksi pidana yang tegas.
Adapun orang yang tak bersalah yang menjadi pengidap HIV/AIDS
akan di lindungi oleh negara. Mereka akan di berikan perawatan yg optimal agar
tetap hidup normal dan beribadah kepada Allah SWT.
Oleh karena itu Wahai Kaum Muslim, saatnya kita melakukan
perubahan dengan mencampakkan sistem Kapitalise dan berjuang untuk menegakkan
syariat Islam dalam bingkai "Khilafah", agar Allah SWT menurunkan
pertolongan dan keberkahan nya.
Wallahu 'Alam bi shawab..
Komentar
Posting Komentar