212 Titik Awal Kemenangan Masa Depan Dunia.



Oleh : Rengganis Santika

         212 kini menjadi sejarah yang fenomenal dan mendunia, sekalipun media mainstream nasional kompak menutup sejarah ini dari publik kecuali satu yaitu TV satu (TVone), beruntung masih ada media sosial membuka faktanya terang benderang. Ditambah media internasional menjadikan 212 bahan berita yang layak diketahui dunia. Akhirnya masyarakat yang kritis bisa memilih mana sumber berita yang layak dijadikan rujukan mana yang cuma bisa melakukan "pembodohan" publik secara masal.
Jutaan yang hadir membawa cerita masing-masing dan menjadi sumber berita yang lebih terpercaya bahkan menjadi iklan gratis untuk menarik umat yang tidak hadir agar menjadi kekuatan lebih besar lagi tahun depan. Dan apapun cerita mereka di 212, semua menyimpulkan rasa syukur karena begitu damainya sampai rumput pun damai tetap tumbuh dan menyejukkan mata, 212 berlalu area publik monas tetap terjaga, sarana-sarana publik tetap aman, bahkan istana pun tak terusik. Semua bahagia menjadi bagian dari sejarah ini. Sejarah media dulu seperti diputar ulang media menjadi alat penguasa. Tapi masyarakat kini tak bisa dibodohi lagi seperti jaman orde baru yang sumber berita satu-satunya sudah di kooptasi rezim saat itu.
          Peserta 212 juga publik dunia sepakat, begitu banyak pemandangan indah di moment 212 2018 yang tak terlupakan dan membekas di hati para mujahid mujahidah 212. Bukan hanya lafadz Allah yang spektakuler dilangit menaungi lautan manusia. Namun penduduk bumi dan langit menjadi saksi kuatnya ruh tauhid jutaan manusia yang hadir di acara 212. Kekuatan itu terekspresikan dalam gema kalimat tauhid Laa ilaha ilalloh Muhammada Rasululloh yang memenuhi langit cerah Jakarta, dengan diiring kibaran jutaan bendera tauhid. Kibarannya seolah ingin membalas rasa perih umat saat satu bendera tauhid yang dibakar pada hari santri tanggal 22 oktober baru lalu.  Tak ada perkataan kotor, gerutu dan keluh kesah...hanya sholawat yang terus bersahutan. Kalaupun ada bentakan paling hanya untuk penginjak rumput.
        Terasa begitu kuat kecintaan umat atas bendera al liwa dan panji Rasululloh SAW. Mujahid mujahidah 212, begitu bangga bersama Liwa dan royyah yang nampak mengiringi mereka di ruas-ruas jalan, sudut-sudut trotoar, konvoi motor, deretan mobil, dan diangkasa. Padahal satu tahun yang lalu, bendera tauhid mendapat persekusi dan kriminalisasi, saat dikampanyekan dan disosialisasikan oleh HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dalam acara MAPARA (masiroh panji Rosululloh), bahkan beberapa bulan kemudian HTI pun dicabut BHP nya melalui sebuah perppu yang eksklusif disiapkan untuk membungkam dakwah HTI. Royah dan liwa kini menjadi icon energi persatuan umat bahkan menjadi spirit kemenangan.
Kini bendera yang akan menaungi seorang mu'min di hari kiamat kelak, telah kembali menjadi milik umat. Namun pemandangan terindah yang teramat sayang untuk dilupakan oleh siapapun yang menyaksikannya, dan terlalu sayang untuk dilewatkan oleh media yang masih memiliki logika jurnalistik yang sehat, adalah spirit ukhuwah/persaudaraan yang begitu kuat. Bendera tauhid dan kalimat tauhid telah mempersatukan hati. Menakjubkan!! di tengah iklim demokrasi kapitalisme, persatuan adalah PR tersulit bagi negri ini dan dunia, namun justru 212 memperlihatkan indahnya persatuan secara nyata.
Hanya dengan komando melalui dunia maya/medsos, persatuan mewujud di dunia nyata. Umat telah lelah berpisah, lelah dipermainkan logika bablas liberalisme, umat dunia sudah lelah terbelenggu dalam ketidakadilan ekonomi, hukum, sosial dan politik. Rakyat negri ini khususnya umat islam telah lelah menjadi obyek tuduhan dan fitnah.  Hanya dalam demokrasi kapitalisme logika sehat telah dikubur hidup-hidup.  Rakyat telah melihat langsung kegagalan rezim anti islam tanpa harus ditutup tutupi media.
Pada moment 212 atas nama kesadaran yang dilandasi keimanan, rupanya logika sehat berhasil tumbuh bersemi, boleh dikatakan persatuan itu  adalah pemandangan terindah di 212. Kuantitas para mujahid mujahidah bergerak menuju kualitas berfikir yang lebih tinggi. Politik bukan sekedar nyaleg anggota DPR dan memilih presiden namun politik itu harus menjadi alat mencerdaskan rakyat, membangun nalar kepedulian akan problematika mendasar negri ini....tunggulah di tahun depan energi persatuan akan bertransformasi menjadi energi kemenangan hakiki. Membawa perubahan bagi masa depan dunia, dan bisa jadi akan berawal disini.


Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter