Saatnya Negri Ini Keluar Dari Ekonomi Terjajah!
Oleh : Rengganis Santika
Sudah bukan rahasia
lagi bahwa negri ini telah kehilangan kedaulatannya hampir diberbagai bidang,
terutama dalam bidang ekonomi. Negri yang merdeka 73 tahun silam dan seharusnya
menjadi negri yang kaya dan makmur, kini nyaris tak lagi memiliki kedaulatan
atas kekayaan alamnya yang melimpah. Berbagai eksplorasi dan eksploitasi barang
tambang dan mineral strategis termasuk migas sudah berada dibawah bendera
asing. Bahkan, sumber daya manusia nya pun negri ini tuna daulat, tak berdaya
dengan serbuan tenaga asing terutama dari China/Tiongkok.
Bukan hanya tuna
daulat atas tanah dan air miliknya sendiri. Negri ini boleh dikatakan sudah
terjajah! Dominasi penguasaan ekonomi sudah berada di tangan swasta dan asing.
Bukti keterjajahan nampak jelas, dari mulai regulasi atau undang-undang (UU
penanaman modal asing, UU minerba dll) tentu semua undang-undang tersebut
sangat menguntungkan korporasi para kapitalis terutama asing. Kemudian freeport
mc moran, betapa negara besar ini bisa kalah dengan korporasi asing, divestasi
cuma isapan jempol. Paket ekonomi 16 yang baru digulirkan pemerintah, se makin
mempertegas dominasi asing ini. Tidakkah pemerintah yang memegang amanah
mengayomi rakyat melihat realitas rakyat yang terpuruk? Tidakkah berfikir
dengan memberi ruang bagi asing untuk menguasai 100% dari 54 jenis bidang
usaha, akan semakin membuat ekonomi pribumi tersisih. Makna dari semua ini
semakin jelas!! Bahwa ekonomi Indonesia terjajah dan dibawah dominasi asing!
Negara sudah
kehilangan aset strategis, akhirnya negara untuk menjalankan roda
pembangunannya, mau tak mau harus menggenjot pajak . Struktur APBN kita 75%
dari pajak. Demi untuk menutup anggaran pendapatannya. Tapi lagi-lagi negara
kalah pada korporasi kapitalis, karena justru para merekalah yang sering
"diselamatkan" dari jerat pajak! Negara begitu tega menghisap rakyat
kecil dengan pajak, sementara subsidi dicabut, kebutuhan asasi/pokok rakyat
dibiarkan mengais sendiri. Kesehatan adalah kebutuhan pokok. Lihatlah BPJS yang
makin nampak sebagai bentuk kedzaliman negara atas rakyatnya. Negara angkat
tangan dalam tanggung jawab kesehatan rakyatnya. Setelah itupun negara masih
berani melirik dan mengambil dana rakyat seperti dana haji dan zakat.
Lantas mengapa negara
tak berani memanfaatkan kekayaan alam bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat?
Sebagaimana amanat undang-undang dasar? Jangankan meng-eksplorasi, melirikpun
negara tak punya kuasa. Sebab hutan, laut, dan mineral perut bumi yang
terkandung didalamnya juga barang tambang, sudah di privatisasi. Jelas semua
ini adalah pengkhianatan terhadap hak-hak rakyat, negara telah abai atas
tanggungjawabnya. Beban hidup masyarakat kian berat. Kemiskinan, pengangguran,
kesenjangan ekonomi masih menjadi PR besar negri zamrud khatulistiwa ini.
Negara dalam
paradigma islam adalah perisai atau pelindung bagi rakyatnya. Kelak seorang
pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Fakta saat ini negara
atau rezim telah gagal melindungi rakyatnya. Memimpin sebislamegara sebesar
Indonesia memang tidak mudah, begitulah argumen mereka yang sedang berkuasa.
Seharusnya mereka sadar bahwa karena tidak mudah itulah, kita harus berpegang
pada zat yang maha mengetahui dan sempurna, Allah maha mengetahui solusi semua
problematika manusia. Tidak ada agama yang menyeluruh (kaaffah) mengatur secara
rinci dari muliai urusan tidur sampai negara kecuali Islam. Oleh karena
seharusnya negara muslim terbesar ini menjadikan syari'at (aturan) islam
sebagai rujukan berbangsa bernegara.
Mereka yang menolak, takut, phobi terhadap islam , karena menolak
fakta sejarah atau tidak mau tahu dan tidak mencari tahu tentang sejarah
sesungguhnya. Mengapa harus memaksakan aturan manusia (kapitalisme demokrasi)
yang jelas secara meyakinkan tidak memberi solusi dan keadilan. Sampai kapan
kita terus percaya sistem aturan ini? Sampai negri ini hancur? Cuma ada satu
pilihan keluar dari penjajahan kapitalis ini...kembali pada islam
#TolakRezimAntiIslam, #TolakRezimgagal, #TolakRezimAntekAsingAseng
Komentar
Posting Komentar