Refleksi Akhir Tahun dan Resolusi Tahun Baru


Oleh Bella Dinar Lestari

Tahun 2018 telah berakhir, di awal tahun 2019 ini berbagai resolusi disusun untuk menjadikan kita yang lebih baik lagi. Refleksi dari tahun sebelumnya, belajar dari kesalahan, merenungi setiap apa yang terjadi merupakan bagian tidak terpisahkan dari sebuah resolusi. Menjadikan diri yang “baru” menyambut tahun yang baru.
Tahun 2018 menjadi tahun kesedihan bagi bangsa Indonesia, dari pertengahan hingga akhir tahun 2018 beberapa musibah besar terjadi secara beriringan. Selain diakibatkan bencana alam, musibah kecelakaan udara pun kembali terjadi di tahun ini.
Masih jelas dalam ingatan kita bagaimana pada 29 Juli di Nusa Tenggara Barat (NTB) terjadi gempa yang mengakibatkan sebanyak 564 orang meninggal dunia, 1.886 orang luka-luka, 11.510 orang mengungsi dan 149.715 unit rumah rusak. Kemudian pada 28 September, di Sulawesi Tengah terjadi gempa yang menewaskan 2.101 orang, 1.373 orang hilang, 4.438 orang luka-luka dan 221.450 orang mengungsi. Sebanyak 68.451 unit rumah dan 595 unit fasilitas rusak. Kemudian pada 22 Desember Bencana tsunami Selat Sunda menyebabkan 437 orang meninggal dunia dan 7.202 luka-luka, sementara jumlah pengungsi mencapai 34.817 orang. Selain dari bencana yang merenggut ribuan nyawa tersebut, terjadi pula bencana alam yang lainnya seperti banjir rob, angin puting beliung, dan longsor.
Kita semua sadari kejadian bencana memang tidak dapat kita tolak, karena hal tersebut pasti akan terjadi. Namun, ada berbagai upaya yang seharusnya dapat kita lakukan. Yaitu dengan pengembangan teknologi dan pencegahan dini bencana. Upaya yang seharusnya dapat kita maksimalkan. Selain itu, menjaga alam dan lingkungan pun harus menjadi perhatian. Menghilangkan tujuan hidup yang hanya bersifat materi, yang nyatanya menjadi penyebab kerusakan bumi. Menjadi pengikut nafsu yang rakus, sehingga menolak aturan yang dapat membatasi nafsunya.
Selain isu bencana yang banyak terjadi di indonesia, isu politik pun kian memanas di tahun 2018. Selain itu banyak dilakukannya kedzaliman, kedurhakaan yang dengan telanjang dipertontonkan hingga mengundang berbagai peringatan dari Allah swt.
Persekusi terhadap ulama, pembubaran ormas Islam, penolakan perda berbasis agama (syariah), pembakaran bendera tauhid, monsterisasi ajaran Islam yaitu Khilafah. Dari berbagai kejadian tersebut sangat jelaslah yang menjadi kambing hitam adalah Islam. Padahal, sebagai negara dengan jumlah Muslim terbanyak Indonesia harusnya sangat menginginkan peraturan Islam. Karena, bagi seorang muslim tidak ada yang lebih sempurna lagi peraturannya dibandingkan dengan risalah yang diturunkan Allah ini. Tidak ada solusi terbaik dari setiap permasalahan kecuali diin ini.
Keimanan dan ketaatan menjadi dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mendekatkan diri pada Sang pemilik kehidupan menjadi satu-satunya solusi terbaik bagi kita. Meningkatkan ketaqwaan adalah jalan lurus yang menuju pada keluhuran tujuan hidup. Berfokus kepada perjuangan mewujudkan perubahan yang hakiki, yaitu dengan membuang berbagai keburukan dan mendatangkan kebaikan yang Allah telah wahyukan. Yaitu mencampakkan perilaku dan sistem sekuler dan kembali memeluk erat hukum Allah dalam keuangan Khilafah.
Upaya untuk mengundang kebaikan, keberkahan dan ridha dari Allah adalah tujuan hidup kita. Mari sama-sama kita wujudkan dengan menegakkan islam dalam bingkai Khilafah. Wallahu'alam bissawab.

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter