Bunuh Diri di Kalangan Pelajar Akibat Krisis Akidah di Dunia Pendidikan
Oleh Riani
Dalam satu pekan terakhir di bulan Oktober 2025, ditemukan dua anak meninggal dunia lantaran bunuh diri di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (kompas.id, 31/10/2025). Dua siswa SMP pun ditemukan bunuh diri selama Oktober 2025 di sebuah sekolah di Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (kompas.id, 30/10/2025).
Fakta-fakta ini perlu diselidiki lebih lanjut, karena tidak semuanya disebabkan oleh perundungan. Salah satu faktor pemicunya adalah hilangnya harapan hidup akibat masalah psikologis. Maka, KPAI pun meminta dukungan psikologis dari sekolah atau tenaga kesehatan mental puskesmas tatkala gejala depresi muncul di kalangan pelajar (mediaindonesia.com, 31/10/2025).
Pada dasarnya, rapuhnya mental serta kepribadian pelajar adalah akibat lemahnya akidah mereka. Penyebab utamanya adalah pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Pendidikan ini menjadikan kegiatan edukatif sebagai batu lompatan menuju pencapaian materi, bukan proses perolehan ilmu. Tentu hal ini kerap menimbulkan depresi, karena pencapaian materi semata belum tentu dapat diraih dengan mudah.
Di sisi lain, apabila bunuh diri disebabkan oleh perundungan, penyebabnya tetap mengarah pada sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini. Siswa tidak dibekali dengan pembinaan akidah yang menuntun pada akhlakul karimah. Sebaliknya, sekulerisme menjadikan mereka bertindak sekehendak hati pada teman, orang tua, guru, atau orang lain di sekitarnya.
Lebih jauh lagi, media sosial memperburuk kondisi mental pelajar. Perasaan insecure terhadap pencapaian teman acap kali menimbulkan rasa rendah diri dan kesan gagal menjalani kehidupan. Selain itu, komunitas sharing mengenai bunuh diri bertebaran di dalamnya, hingga memantik keinginan untuk menghabisi nyawa sendiri.
Penjelasan ini menyiratkan pembinaan akidah Islam kepada para pelajar sebagai solusi hakiki. Tidak dapat dimungkiri, agama Islam adalah penyelesaian berbagai permasalahan hidup, karena memiliki aturan menyeluruh mengenai kehidupan yang datang dari Sang Pencipta manusia, Allah SWT, yang paling tahu hakikat manusia itu sendiri. Bukan hanya memahamkan tujuan hidup yang tentu memberi ketenangan dan kesehatan mental pada manusia—terutama pelajar dalam konteks ini—akidah Islam juga akan menumbuhkan perasaan takut terhadap aktivitas bunuh diri, karena sia-sialah segala amal baiknya di dunia jika ia melakukan hal ini.
Dalam satu pekan terakhir di bulan Oktober 2025, ditemukan dua anak meninggal dunia lantaran bunuh diri di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (kompas.id, 31/10/2025). Dua siswa SMP pun ditemukan bunuh diri selama Oktober 2025 di sebuah sekolah di Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (kompas.id, 30/10/2025).
Fakta-fakta ini perlu diselidiki lebih lanjut, karena tidak semuanya disebabkan oleh perundungan. Salah satu faktor pemicunya adalah hilangnya harapan hidup akibat masalah psikologis. Maka, KPAI pun meminta dukungan psikologis dari sekolah atau tenaga kesehatan mental puskesmas tatkala gejala depresi muncul di kalangan pelajar (mediaindonesia.com, 31/10/2025).
Pada dasarnya, rapuhnya mental serta kepribadian pelajar adalah akibat lemahnya akidah mereka. Penyebab utamanya adalah pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Pendidikan ini menjadikan kegiatan edukatif sebagai batu lompatan menuju pencapaian materi, bukan proses perolehan ilmu. Tentu hal ini kerap menimbulkan depresi, karena pencapaian materi semata belum tentu dapat diraih dengan mudah.
Di sisi lain, apabila bunuh diri disebabkan oleh perundungan, penyebabnya tetap mengarah pada sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini. Siswa tidak dibekali dengan pembinaan akidah yang menuntun pada akhlakul karimah. Sebaliknya, sekulerisme menjadikan mereka bertindak sekehendak hati pada teman, orang tua, guru, atau orang lain di sekitarnya.
Lebih jauh lagi, media sosial memperburuk kondisi mental pelajar. Perasaan insecure terhadap pencapaian teman acap kali menimbulkan rasa rendah diri dan kesan gagal menjalani kehidupan. Selain itu, komunitas sharing mengenai bunuh diri bertebaran di dalamnya, hingga memantik keinginan untuk menghabisi nyawa sendiri.
Penjelasan ini menyiratkan pembinaan akidah Islam kepada para pelajar sebagai solusi hakiki. Tidak dapat dimungkiri, agama Islam adalah penyelesaian berbagai permasalahan hidup, karena memiliki aturan menyeluruh mengenai kehidupan yang datang dari Sang Pencipta manusia, Allah SWT, yang paling tahu hakikat manusia itu sendiri. Bukan hanya memahamkan tujuan hidup yang tentu memberi ketenangan dan kesehatan mental pada manusia—terutama pelajar dalam konteks ini—akidah Islam juga akan menumbuhkan perasaan takut terhadap aktivitas bunuh diri, karena sia-sialah segala amal baiknya di dunia jika ia melakukan hal ini.
Komentar
Posting Komentar