Benarkah Gerakan piara satu ayam bisa atasi stunting?



     Oleh :Bu Neneng
Akhir tahun 2019, perekonomian negeri ini semakin terpuruk. Hal ini dirasakan oleh rakyat dimana harga kebutuhan pokok melambung. Apalagi dengan adanya wacana dari pemerintah yang akan mencabut subsidi listrik dan kenaikan premi BPJS .  Bertambah beratlah beban hidup rakyat di negeri ini.

     Tidak terkecuali permasalahan gizi buruk yang dialami keluarga miskin. Menteri Moeldoko didukung Mentan akan meluncurkan gerakan nasional piara satu ayam tiap rumah. Menurut Moeldoko, gizi yang diberikan sejak usia dini dapat menekan angka stunting alias gagal tumbuh akibat kurang gizi kronis pada seribu hari pertama. "perlu setiap rumah ada (memelihara) ayam, sehingga telurnya bisa untuk anak-anaknya" Kata Moeldoko di kantor staf presiden Jakarta (jum'at 15/11). Moeldoko menyebut setiap anak wajib memakan satu butir telur ayam. Anak-anak juga perlu mendapatkan makanan kaya gizi lainnya seperti ikan, sayur mayur, tahu maupun tempe yang penuh protein.
     Standar pemerintah dalam menentukan perbaikan gizi buruk/stunting dengan memakan satu telur tiap hari tidaklah logis. Bagaimana kalau anak alergi terhadap telur. Bukannya menyelesaikan masalah malah menjadi bertbah masalah.
Jadi untuk menyelesaikan permasalahaan stunting tidak bisa diaelesaikan hanya dengan makan telur saja.
     Negara dalam hal ini tidak hanya sekedar membuat gerakan nasional yang bertumpu pada keaktifan anggota masyarakat yang menjalaninya. Misalnya program yang dijalankan Kementian Kesehatan, yakni Isi Piringku. Namun negara dituntut untuk membuat kebijakan menyeluruh menghapus kemiskinan dengan pengelolaan yang benar terhadap Sumber Daya Alam yang hasilnya bisa digunakan untuk mengurus kebutuhan rakyat. Bukan pengelolaannya diserahkan kepada asing.
     Dalam Islam, Allah SWT. Memerintahkan penguasa untuk bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya, termasuk menjamin kebutuhan pokok mereka. Rosulullah Saw. Bersabda: "pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR. Bukhori Muslim dan Akhmad).
     Pada masaKhalifah, Amirul Mukminin Umar bin Al Khathab biasa memberikan insentif untuk setiap bayi yang lahir demi menjaga dan melindungi anak-anak. Sehingga tidak ada anak-anak yang kekurangan gizi seperti sekarang.
     Kemiskinan yang terjadi pada saat ini diciptakan oleh sistem yang diberlakukan oleh negara/penguasa. Itulah sistem kapitalisme - liberalisme - sekularisme. Kekayaan milik rakyat saat ini hanya bisa dinikmati juga dikuasai oleh segelintir orang saja. Disisi lain rakyat seolah dibiarkan untuk hidup mandiri. Penguasa /negara lebih banyak berlepas tangan ketimbang menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Sehingga terciptalah kemiskinan dan kesenjangan sosial.
     Oleh sebab itu sudah saatnya kita tinggalkan sistem selain Islam yang telah terbukti  mendatangkan banyak musibah yang terjadi di negeri ini.
Saatnya kita kembali pada Syariah Islam yang berasal dari Allah SWT.  Yang  bisa menjamin keberkahan manusia,penerapan  Syariah Islam yang Kaffah dalam seluruh aspek kehidupan dalam bingkai Daulah Islam yang bernama Khilafah dan dipimpin oleh seorang Khalifah
     Wallahu a'lam bishawab

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter