JEJAK KHILAH DI NUSANTARA: BUKTI PERJUANGAN YANG HISTORIS

Oleh Restu Febriani

Masya Allah, luar biasa antusiasme masyarakat untuk menonton penayangan perdana film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara. Bertepatan dengan 1 Muharram 1442 H atau hari kamis 20 agustus 2020. Bahkan tiga puluh menit menjelang pemutaran perdana film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara. Jagat twitter diramaikan dengan #DakwahSyariahKhilafah dan #SejarahIslamIndonesia.

Kedua tagar tersebut menduduki Indonesia trends posisi pertama dan kedua. Hal ini menunjukkan besarnya antusiasme masyarakat dalam menyambut pemutaran film Jejak Khilafah di Nusantara secara  virtual untuk pertama kalinya.

Antusiasme masyarakat dalam menonton penayangan film jejak khilafah di Nusantara, menunjukkan bahwa sejarah islam di nusantara tak bisa lepas dari eksistensi dan peran khilafah. Sejarahwan, Nicko Pandawa salah satu tim pembuat film tersebut bertutur dalam film itu diceritakan Khilafah Islamiyah yang dulu pernah berpusat di Turki mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Nusantara, bahkan keeratan itu telah muncul sejak masa Khalifah Utsman.

Khalifah Utsman mengirim utusan ke China melewati Nusantara. Ditemukan di daerah Lhokseumawe, Aceh Utara pemakaman keturunan Abbasiyah. "Ada kompleks makam di Aceh Utara yang isinya ternyata Bani Abbasiyah. Dan mereka disinyalir menjadi pejabat di Kesultanan Samudera Pasai," katanya (bogor.com 19/08/2020).

Selain Aceh, sejumlah kesultanan di Nusantara juga telah bersekutu dengan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, seperti Kesultanan Buton, Sulawesi Selatan. Salah satu Sultan Buton, Lakilaponto, dilantik menjadi “Sultan” dengan gelar Qaim ad-Din yang memiliki arti “penegak agama”, yang dilantik langsung oleh Syekh Abdul Wahid dari Makkah.

 

Jika kita bisa menelusuri lebih dalam literatur klasik dari sumber-sumber Islam, maka janganlah kaget bila menemukan banyak sekali kesultanan Islam di Nusantara sesungguhnya merupakan bagian Kekhalifahan Islam di bawah Turki Utsmaniyah.

 

Pengaruh keberadaan Khilafah Islam terhadap kehidupan politik Nusantara sudah terasa sejak masa-masa awal berdirinya Daulah Islam.

Namun tidak dipungkiri adanya upaya penguburan dan pengaburan pada sejarah Islam di Nusantara. Mulanya peristiwa sejarah yang dianggap memberi pengaruh pada Islam mencoba untuk dikubur. Apabila peristiwa sejarah tersebut besar, faktanya mencoba dikaburkan.

Contohnya adalah fakta sejarah yang dikaburkan adalah peran khilafah Islamiyyah pada zamannya yang membantu Nusantara dalam melawan dan mengusir penjajah. Selain itu, peran jihad dalam menjadi bara yang selalu berkobar dalam melawan penjajah.

Hari ini, khilafah dan jihad ajaran Islam telah dimonsterisasi oleh musuh-musuh Islam. Sehingga umat Islam yang seharusnya mengenal dan mencintai khilafah dan jihad malah menjadi benci dan memusuhinya.

Dari sini kita memahami bahwa penting umat Islam kembali menggali kebenaran terkait jejak sejarah Islam, khususnya peran dan jasa khilafah di Nusantara. Karena ini mampu membuktikan bahwa perjuangan khilafah adalah perjuangan yang ahistoris.

Karena khilafah lah yang mampu membuktikan 14 abad lamanya menjadi negara super power, yang mampu melindungi ummat Islam dari berbagai ancaman. Bahkan syiar Islam yang kita terima dan nikmati hingga sekarang adalah karena jasa dan peran Kekhilafahan Islamiyyah yang mengirimkan duta dakwahnya yaitu ulama kepada Nusantara. Aneh bukan, jika kita menolak perjuangan khilafah?

Maka jika kita menghargai jasa pahlawan zaman dulu, seharusnya kita meneruskan perjuangan penegakkan khilafah, karena sejalan dengan kebutuhan perubahan bangsa saat ini.

Wallahu ‘allam bisshawab

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter