SEJARAH YANG TERUNGKAP
Oleh Ai Sri Heryani
Perdana di dunia, tiket penayangan premiere
film dokumenter dipesan ratusan ribu orang dan itu terjadi dalam penayangan
Jejak Khilafah di Nusantara pagi ini. “Dari pagi sudah ada 250.000 orang dalam
premiere ini,” ungkap host penayangan premiere film dokumenter Jejak Khilafah
di Nusantara, Akhmad Adiasta, Kamis (20/8/2020 secara daring (online).
Host juga
mengingatkan kepada para peserta yang menonton bersama (nobar) di luar rumah
bersama teman-teman secara luring (offline) untuk tetap memakai protokol
kesehatan guna menghindari pandemik Covid 19.
“Tetap pakai masker, jaga jarak, dan laksanakan semua protokol
kesehatan,” jelas Akhmad.
Di media
sosial twitter, tanda pagar terkait film ini menjadi trending juga, banyak
warganet yang mendukung dan antusias terhadap peluncuran negeri ini.
Film
#JejakKhilafahDiNusantara telah menari banyak minat 272.266 orang peserta yang
mendaftar untuk menonton tayangan pertamanya. Jika satu akun diapakai beberapa
akun atau nobar maka akan lebih banyak lagi, banyak respon positif atas
penayangan film tersebut dan tidak sedikit pula yang merespon negatif.
Film ini
dibuat dengan standar ilmiah dan mematuhi unsur-unsur akademik. Riset
didasarkan kajian pusaka dan penelusuran lapangan yang cukup panjang,
disutradarai oleh sarjana-sarjana muslim dalam bidang kajian sejarah. Menonton
film ini akan membuka wawasan kita akan hubungan Khilafah dengan Nusantara
dengan jejak-jejaknya yang masih nampak hingga sekarang.
Jauh
sebelum itu kementerian agama telah menghilangkan materi Khilafah dari rumpun
fiqih,lalu dimasukkan dalam rumpun sejarah kebudayaan Islam.
Rezim
sebagai gambaran pelaku demokrasi dalam negeri, dan platform penyedia vidio
popular sebagai gambaran pelaky kafitalisme global, sama-sama tak mampu
menghadapi kenyataan bahwa demokrasi kapitalisme hanyalah otoritarian berbaju
kebebasan.
Saat
penayangam terlaksana, pemblokiran terjadi beberapa kali. Peristiwa pemblokian
ini menunjukan pada publik bahwa kebebasan bersuara di agung-agungkan oleh
pemuja demokrasi.
Sejak awal
penayangan hingga akhir tak kurang dari tiga kali pemblokiran. Tetapi pihak
penyelenggara telah menyiapkan skenario ganda sehingga film sukses tayang
hingga akhir. dari sini bisa dilihat film ini sekaligus menjadi tanda kekalahan
peradaban sekuler.
Penayangan
film ini tidak bisa dipungkiri oleh masyarakat umum bahwasanya Khilafah ada
sebagai bagian dari ajaran Islam yang terbukti secara historis memiliki bukti
ada hubungan Khilafah dengan kesultanan Nusantara.
Khilafah
kebaikan dan hidayah, tidak perlu ada yang ditakutkan dalam kekuasaan Islam
yaitu Khilafah karena bukti yang menunjukan itu adalah kebaikan serta
menyebarkan Islam ke Nusantara adalah hidayah.
Wallahu alam bish sawab.
Komentar
Posting Komentar