CIWIDEY (JAWA BARAT) JADI INCARAN PARA KORPORASI
Jabar Ekspres.com, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Agus Firman
menyebutkan di kabupaten Bandung kawasan Ciwidey dan Rancabali banyak diminati
pengunjung, saat ini 20 obyek wisata seiring dengan program pembangunan yang
Bupati galakan disetiap desa memiliki potensi wisata.
Banyak pelaku usaha
wisata banyak yang memulai dengan coba-coba, hingga izin dilakukan belakangan. Mereka
lebih mengincar keuntungan yang kelak akan diperoleh, tanpa memikirkan bencana
yang kelak akan dituai. Pembangunan tempat wisata secara masif tanpa
memperhatikan dampak Andal (Analisa Dampak Lingkungan), hanya akan mengundang
bencana.
Setelah persyaratan
lengkap IPR, IPAL, IMB dan lain-lain termasuk ke Dinas Pariwisata maka di
keluarkanlah rekomendasi dan TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata) sebagai
syarat mereka mengeluarkan izin-izin tersebut kata Agus Firman.
Retribusi masuk dan
parkir adanya Dishub, hingga Disparbud tidak bisa menghitung nilai PADANG (
Pendapatan Asli Daerah ) yang masuk dari sektor pariwisata, karena adanya di
BKD (Badan Keuangan Daerah ).
"Obyek dikelola oleh
lembaga-lembaga tersendiri baik oleh pribadi maupun oleh pemilik Perhutani dan
obyek yang dikelola oleh Disparbud hanya 2 yakni Situ Cileunca yang target
PADnya 100 juta pertahun dan Gedung Budaya Kawasan serta Gedung Sabilulungan
yang memiliki target sebesar 50 tahun ini.
Menggeliatnya tempat
pariwisata yang tanpa terhitung dalam PAD, terlihat pengusaha memanfaatkan
lahan yang berada di daerah Ciwidey.
Pada sistem kapitalis ini
para korporasi jadi penguasa, mereka selalu mencari celah untuk menguasai semua
aspek ekonomi, salah satunya lahan untuk pariwisata, mereka menjadi celah
penjajahan melalui ekonomi dan budaya, di sistem ini pemilik modal bisa leluasa
menguasai lahan-lahan yang kosong salah satunya dijadikan tempat pariwisata
meski dengan jalan yang legal walaupun menghalalkan berbagai macam cara tanpa
berpikir panjang akan ada dampak buruk ke depannya.
Tetapi di sistem yang
fasad ini tetap saja selalu ada oknum pemerintah setempat yang melancarkan
pengusaha untuk mendirikan sesuatu bukan untuk mensejahterakan masyarakat
setempat tetapi itu hanya kepentingannya saja.
Dan masyarakat
setempatpun tidak bisa berbuat apa-apa hanya pasrah dengan tekanan pemerintah
setempat, bahwasanya masyarakat setempat harusnya sejahtera dengan adanya
tempat pariwisata, soalnya tempat pariwisatanya kan termasuk proyek besar dan
dijamin akan ada banyak pengunjung.
"Padang rumput, air
dan api harus dikelola oleh negara"
(HR Ahmad dan Abu Dawud)
Merujuk pada hadits diatas
bahwa padang rumput, air dan api dikelola oleh negara artinya kita serahkan
kepada negara dan nantinya negara yang akan mengelolanya dan dipergunakan sebesar
besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Bukan segelintir orang yg mempunyai modal.
Islam memang aturan hidup
yang sempurna, Islam bukan sekedar agama, tetapi merupakan Ideologi (pedoman
hidup) bagi pemeluknya dan Islam mengatur kehidupan dalam semua aspek dan semua
diatur secara kaaffah, tinggal ketaatan
dan keimanan kita yang harus ditingkatkan dengan melaksanakan aturan-aturan
Allah SWT, dengan tidak lagi menerapkan sistem yang fasad (demokrasi kapitalis sekuler
liberal) yang lahir dari akal manusia yang pada dasarnya lemah, juga
berdasarkan hawa nafsu semata.
Wallahu 'alam bish-sawab.
Ai Sri Heryani
Ibu rumah tangga
Komentar
Posting Komentar