NATUNA PELANGGARAN KEDAULATAN DAN PERAMPOKAN SDA
Oleh Eti Faturahim
Negeri tirai bambu beberapa
pekan terakhir tengah berulah, Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (BAKAMLA)
menuturkan puluhan kapal nelayan China masih bebas berlayar dilantas kontineu
Indonesia di sekitar perairan Natuna, kepulauan Riau. Direktur Operasi laut
Bakamla, Laksamana pertama Nursyawal Embun menuturkan kapal kapal penangkap
ikan itu juga di kawal oleh kapal penjaga pantai dan kapal perang cina. Nursyawal
menuturkan pihaknya telah berupaya melakukan pengusiran terhadap kapal-kapal China
tersebut dari sekitar Zona Ekslusif Ekonomi (ZEE) Indonesia di Natuna sejak 10
Desember lalu.
Akibat insiden ini, Indonesia-China
kembali terlibat saling klaim wilayah perairan di sekitar Natuna, Jakarta
mengangap kapal kapal China tersebut telah menerobos Wilayah ZEE Indonesia.
Sementara Beijing mengklaim Wilayah perairan dekat Natuna itu masih bagian dari
laut China selatan yang menjadi kedaulatan mereka.
Hubungan RI dan China kian panas karena
kapal Coast Guard dari China masuk ke dalam teritorial laut Indonesia di Natuna
tanpa izin. Tak terima Indonesia pun menyatakan apa yang di lakukan China
adalah pelanggaran.
Namun demikian, ternyata
China bukan hanya berulah di wilayah perairan ZEE Indonesia saja. Salah satu
negara yang juga dilanggar kedaulatannya adalah Vietnam, Vietnam menuduh kapal
survei minyak China dan pengawalnya melanggar kedaulatannya dan menuntut agar China
memindahkan kapal-kapal itu dari perairan Vietnam. Seperti diketahui, Vietnam
dan China telah bertahun-tahun terlibat dalam pertikaian mengenai perairan kaya
energi di Laut China Selatan.
Dua lembaga think tank
yang berbasis di AS melaporkan bahwa kapal-kapal China dan Vietnam saling
berhadapan selama beberapa minggu di dekat sebuah blok minyak di zona ekonomi
eksklusif Vietnam. usut punya usut, maksud dari China tersebut diduga China
Incar 11 Miliar Barel Cadangan Minyak di Laut China Selatan.
Demikian pula dengan laut Natuna, yang berada
di wilayah perairan Indonesia, Natuna menyimpan beragam potensi hasil laut,
mulai dari cumi-cumi, lobster, kepiting hingga rajungan. Dirjen pengelolaan Ruang Laut (PRL)
kementrian kelautan dan perikanan Aryo Hanggoro mengungkapkan bahwa cumi-cumi
menjadi komoditas laut dengan potensi hasil paling banyak. Setidaknya ada
23.499 ton potensi cumi+cumi pertahun di Natuna.
Melihat kenyataan tersebut di atas, menjadi
suatu kebutuhan yang sangat URGENT mengapa kaum muslimin khususnya di
Indonesia, memerlukan perisai yang sejati. Ini demi menjaga tanah negeri muslim
terbesar di dunia ini. Agar negara negara penjajah kapitalis itu tidak
seenaknya menciptakan Ideologis demi melanggar batas teritorial politis negeri
negeri muslim.
Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya Al Imam
(Khalifah) itu perisai di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya
mendukung dan berlindung dari musuh dengan kekuasaan Nya."( HR Al Bukhari,
Muslim, Ahmad,abu Dawud).
Namun malangnya Indonesia jangankan taring,
penguasa malah seperti tak punya gigi untuk menjaga kedaulatan batas wilayah
akibat terjerumus nominal hutang kepada cina. Jika sudah begini, posisi tawar
politik Indonesia.
Ironisnya, pihak penguasa dengan begitu
enteng menyatakan China adalah negara sahabat." Ini benar benar sudah
sesat logika. Dalam keadaan seperti ini kemana para pegiat NKRI harga mati?
Melihat kenyataan ini
sudah saatnya kaum muslimin memiliki penguasa sejati pembela negeri. Bukan
penguasa Oligarki yang pastinya berpihak pada kepentingan kapitalisme semata.
Dan sebagai negeri yang penduduknya mayoritas
muslim, kita tak usah ragu untuk kembali melanjutkan kehidupan ISLAM dengan
menerapkan Syariat Isl secara kaaffah dalam.seluruh aspek kehidupan. Hanya
dengan Islam kehormatan negeri ini bisa di raih, jauh melebihi cita-cita
menjadi "macan Asia" yang saat ini seperti
sedang di lumpuhkan oleh negeri asing dan aseng. Wallohualam Bishowab.
Komentar
Posting Komentar