Tahun Baru, Harapan Baru atau Nasib Rakyat Makin Kelabu



Seperti biasanya, seakan tak ada kapoknya, masyarakat Indonesia bahkan dunia antusias menyambut pergantian tahun. Detik demi detik mereka sambut dengan senyum sumringah seakan tak ada beban. Letusan Kembang api dan sorak sorai sanak saudara, teman dan pasangan menambah hangat hingar bingar pesta malam pergantian tahun baru.



Lantas, benarkah di tahun baru itu ada harapan baru?

Faktanya, umat selalu mendapat kado pahit di awal tahun. Deretan tarif harga yang melambung terpampang jelas didepan mata, mulai dari Tol, BPJS, Parkir,dan tiket Damri( CNBC Indonesia).
Tak cukup sampai disitu, umat harus kembali menelan pil pahit bahwasanya persaingan antar pekerja semakin ketat. Menjelang tahun baru 2020, kebijakan seputar nasib dan hidup buruh sedang digodok pemerintah. Mulai dari rencana upah per jam, sampai terbukanya keran pekerja asing.

Buruh harus lebih bersiap dalam menghadapi persaingan antar pekerja. Pasalnya, pemerintah akan mempermudah perizinan TKA (tenaga kerja asing) untuk masuk ke dalam negeri. Yakni melalui RUU Omnibus Law soal Cipta Lapangan Kerja.(CNBC Indonesia)

Bukannya menyediakan lapangan kerja yang menjadi jalan rakyat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, penguasa malah memberikan lapangan kerja itu pada pekerja asing.

Awan mendung rupanya terus menyelimuti diri rakyat. Nasib rakyat makin suram dan bertambah kelabu dengan berbagai kebijakan yang sejatinya selalu berpihak pada pemilik modal alias orang yang berduit.

Jika diamati penyebab permasalahan yang tak pernah surut menimpa wong cilik tentu adalah bersumber dari sistem yang digunakan saat ini yaitu kapitalisme. Ibarat sebuah kendaraan yang mogok, rusak sana sini, akan berapa kali berganti supir sekaliber valentino rossi pun jika mesinnya sudah mati tentu tidak akan bisa jalan.

Jadi yang harus umat sadari adalah mengganti sistem buatan manusia tersebut, yaitu kapitalisme kepada sistem yang bersumber dari Pencipta manusia yaitu Allah.Allah yang Maha Sempurna yang menetapkan aturan bagi manusia tentu tak akan salah.

Penguasa yang menerapkan sistem Islam selalu berorientasi menjamin terpenuhi kebutuhan dasar rakyat per individu dan memberi peluang masuknya asing baik permodalan maupun orang dengan pertimbangan kebolehan syariat dan kemaslahatan rakyat, bukan malah merugikan kemaslahatan rakyat.

Penentuan upah buruh dalam Islam memang bukan dengan pematokan standar minimum sebagaimana mekanisme UMR saat ini, namun kesejahteraan rakyat bisa diwujudkan karena Negara bertanggung jawab menjamin layanan kesehatan, pendidikan dan keamanan secara berkualitas dan gratis. Begitu pula pemenuhan hajat air, energi/listrik dan bbm, jalan dan transportasi tidak akan dikapitalisasi sebagamana saat ini.
Mari kita hempaskan biang kerok kapitalisme, jika umat beralih pada sistem Islam, bukan hanya harapan baru tapi masa depan baru yang cerah ceria pun akan menjadi kenyataan yang bukan sekedar omong kosong.
Bahkan sejarah telah mencatatnya dengan tinta emas, sebuah peradaban terdepan, 1300 tahun lamanya.
Wallahu ‘alam.

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter