Hoax Tabiat Negeri Ini?
Oleh: Aulia Aula Dina
Sebagai umat Islam mungkin sudah tidak asing bagi kita mendengar kata
‘orang munafik’, karena Rasulullah SAW pernah membahas dalam sabdanya mengenai
ciri-ciri dari orang munafik, salah satu cirinya adalah ‘ketika dia berkata dia
berdusta’. Adapun arti kata munafik dalam KBBI (Kamus besar bahasa Indonesia)
yaitu berpura-pura setia, berbohong, atau tidak jujur.
Berbohong atau tidak jujur adalah salah satu sifat atau kebiasaan yang
diharamkan dalam Islam, karena berbohong dapat menimbulkan banyak masalah
seperti timbulnya fitnah, su’udzan (buruk sangka), adu domba, dan lainnya.
Ciri orang munafik atau kebiasaan berbohong ini sudah banyak terlihat pada
diri umat Islam, tidak terkecuali pada para pemimpin negeri ini, apalagi dalam
waktu dekat akan diadakannya pemilu serentak untuk memilih pemimpin yang akan
menjabat dalam 5 tahun kedepan. Dikarenakan menjelang pemilu, menjadikan bertambah
banyaknya berita bohong atau hoax yang muncul ditengah-tengah masyarakat, yang
bertujuan untuk saling menjatuhkan demi mendapatkan jabatan.
Di Indonesia berita bohong atau hoax terbanyak bersumber dari para penguasa
atau pemerintah sendiri, seperti yang disampaikan oleh Ahmad Riza Patria selaku
DPP Partai Gerindra “Benar kata Rocky Gerung bahwa pabrik hoax itu ada pada
penguasa ya pemerintah. Karena pemerintah punya kekuasaan, membuat regulasi,
punya aparat, punya media, punya logistik, punya banyaklah pemerintah,”
tuturnya kepada wartawan di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/2).
(politik.rmol.co)
Berbohong atau menyebarkan berita bohong oleh para penguasa saat ini sudah
menjadi hal biasa, dikarenakan para penguasa saat ini menganut sistem
sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) di Indonesia, yang sudah menjadi
tabiat sistem sekulerisme untuk menghalalkan segala cara demi mendapatkan
kekuasaan atau keuntungan, termasuk dengan cara menyebarkan berita bohong atau
menyebarkan hoax demi keuntungan individu maupun kelompok.
Dengan adanya permasalahan hoax ini wajib kita sebagai seorang muslim
mengatasinya dengan mengembalikan pada hukum syara atau hukum Allah, yang dalam
firman-Nya “Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.” [Al-Hujurat: 6]
Dalam maraknya berita bohong sesuai dengan firman Allah SWT diatas sudah
seharusnya kita berhati-hati ketika mendengar berita di TV, internet, koran dan
dimanapun. Karena ketika kita mudah percaya dengan berita yang tersebar saat
ini tanpa memastikan kebenarannya, hal itu dapat menimbulkan fitnah dan masalah
lainnya.
Adapun solusi utama dalam Islam untuk memberantas hoax yaitu mengganti sistem
sekuler dalam negara saat ini dengan sistem Islam, atau mengubah aturan dan
hukum negara saat ini dengan aturan dan hukum yang bersumber dari Islam, karena
dalam Islam setiap individu muslim wajib bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari
maupun kehidupan bernegara.
Para pemerintah dan penguasa dalam islam pun wajib mengatur masyarakat
dengan jujur atas dasar keimanan kepada Allah dan kesadaran penuh bahwa ketika
kita berbuat pasti akan kita mempertanggungjawabkan apa yang kita perbuat di
akhirat kelak, juga dalam sistem Islam tidak dikenal atau tidak ada yang
namanya menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan atau kekuasaan,
karena dalam Islam semua yang kita kerjakan diatur oleh aturan Allah SWT.
Jujur, amanah, dan menepati janji adalah beberapa aturan yang wajib diterapkan
di tengah-tengah masyarakat tidak terkecuali didalam lingkungan para penguasa
dan pemerintah.
Oleh karena kita hidup di dunia dan negara yang diciptakan oleh Allah SWT
sudah sewajibnya kita menerapkan aturan Allah SWT dalam kehidupan individu, kehidupan
bermasyarakat, maupun kehidupan bernegara, karena Dia lah yang maha mengetahui
aturan apa yang terbaik dalam mengatur hambanya dan mengatur dunia ciptaannya
demi kehidupan yang terbaik di dunia maupun di akhirat.
Allahu a’lam bish shawab.
Komentar
Posting Komentar