Merajut Mimpi Indonesia Maju Dalam Jalinan Benang Rapuh.


Oleh Rengganis Santika

Tanpa bermaksud pesimis atau putus asa melihat kondisi bangsa. Namun rasanya kita memang perlu mengukur diri dan mengevaluasi diri, apakah mungkin negri ini mampu meraih cita-cita menuju Indonesia maju?? Kalau membuat sebuah analogi, gambarannya negri ini tengah dirajut oleh orang yang memang tak bisa merajut, dan ditambah
menggunakan benang yang rapuh dan tak layak!!..Lantas bagaimana mungkin mau memaksakan merajut tujuan Indonesia maju di periode kedua ini?? Sementara lubang-lubang kegagalan negri ini di periode sebelumnya saja masih menganga lebar!
Tak ada langkah jelas untuk menutupi lubang kegagalan tersebut, yang ada hanya mencari kambing hitam untuk sekedar mengelak dari kegagalan...dengan alasan yang tak nyambung dan masuk akal. Gara-gara warna benang lah..atau gara-gara diluar ada orang lewat...tak jarang ditambah narasi yang autodahsyat..seperti kata ancaman, gangguan, rongrongan, hingga dengan mudahnya berargumen, semua itu mengakibatkan rajutan jadi buruk rupa!! benar-benar logika ga nyambung, serampangan! Sembari enggan mengakui diri yang tak mampu merajut benang, dibalik itu semua sebenarnya dia pun sadar bahwa benang nya memang rapuh.
Dia tahu kondisi tersebut memang pasti akan meninggalkan banyak lubang dan koyak....Itulah yang tengah dialami negri ini. Periode pertama sudah jelas terasa kegagalan rezim hampir di semua aspek. Rezim tak mampu mengelola negri hingga tunduk tak berdaya, kehilangan kedaulatan dalam tekanan asing. Untuk menutupi kegagalannya, maka dibangunlah opini dengan narasi ancaman radikalisme sebagai penyebab kehancuran tatanan bangsa, sungguh sebuah logika absurd...!!
Entah logika apa yang ada didalam benak rezim ini? Tragedi karhutla yang betul-betul menyengsarakan sebagian besar anak bangsa. Mau dikemanakan nasib sekitar 150.000 orang-orang yang terdampak ISPA? Bahkan ada yang sampai meregang nyawa. Disisi lain rakyat yang hidupnya kian terjepit tak sanggup membayangkan harus membayar premi/iuran BPJS yang naik melipat untuk seluruh anggota keluarganya. Jangankan untuk membayar iuran BPJS untuk makan saja sulit dan melilit. Kisah nyata cerita bersambung seputar kegetiran BPJS tiada pernah habis.
Tarif dasar listrik...dalam senyap terus merayap naik. TDL naik semua kebutuhan terkait listrik ikut naik. Tarif tol tak mau kalah ikut naik...rentetannya pasti terjadi efek domino, biaya transportasi dan distribusipun ikut naik, mau tidak mau bahan pokok ikut menyesuaikan kenaikan. Inflasi, jadi rutininas kondisi moneter tanah air. Sementara isi dompet para ibu untuk memenuhi kebutuhan keluarga tak kunjung menyesuaikan kenyataan. Malah korban PHK terus bermunculan seiring dampak industri dalam negri yang pusing bertahan menghadapi gelombang produk-produk impor, sehingga demi efisiensi, perusahaan memilih mem-PHK-kan karyawan nya. Para karyawan itu adalah para kepala keluarga, tulang punggung nafkah keluarga mereka.
Teganya rezim bukannya hadir memberi solusi malah menawarkan mimpi di siang hari bolong, akan menuntaskan kemiskinan di 2045. Karena Indonesia telah menjadi adidaya ditahun itu, kenapa nanti 25 tahun mendatang? Lha wong melaratnya sudah dari sekarang!! Kepedean akan berkuasa terus? Atau karena sadar kalau memakai angka-angka moneter dan fiskal negara saat ini terpuruk! Tak ada prestasi meroket dalam mikro dan makro ekonomi kita, seperti yang dijanjikan, yang ada malah tekor dengan hutang-hutang. Bagaimana bisa maju, belum sebulan kabinet Indonesia maju, Indonesia sudah melakukan pinjaman lagi. Entahlah apakah Indonesia masih ada atau tidak di tahun 2045? Jangan sampai semua cuma janji kemudian hanya sekedar isapan jempol, berhalusinasi.
Tak harus menunggu nanti untuk kesejahteraan rakyat. Karena hidup sejahtera adalah hak warga negara sekaligus kewajiban para pemimpin negara untuk memastikan tercapainya kesejahteraan rakyat diseluruh wilayah kekuasaannya secara adil dan merata. Negara harus hadir menjamin dalam pemenuhan semua kebutuhan rakyatnya. Gambaran sejahtera dalam pandangan Islam adalah terpenuhinya semua kebutuhan pokoknya, demikian pula untuk kebutuhan sekundernya sesuai kapasitas kemampuannya bagi setiap individu, bukan dihitung secara rata-rata kolektif sebagaimana angka-angka dalam parameter kapitalisme.
Terwujudnya rahmatan lil'alamin adalah komitmen negara yang menerapkan syariah Islam. Alam bi ma'na universal tidak hanya bagi muslim saja juga termasuk bagi non muslim, bahkan rahmat kesejahteraan tidak hanya bagi makhluk berakal saja namun juga bagi makhluk ghayru aql yaitu hewan. Gambaran sejarah hingga srigalapun enggan menerkam domba itu adalah fakta yang pernah terwujud dimasa kepemimpinan khalifah Umar bin Abdul Aziz di masa bani ummayah, padahal masa pemerintah beliau sangat singkat tidak sampai tiga tahun (apalagi sampai 2 peiode!) namun jazirah arab sampai benua hitam Afrika hidup dalam kemakmuran.
Kalau di dalam data statistik masa kepemimpinan beliau sampai tidak ada mustahiq (orang yang berhak menerima zakat) semua rakyat muzaki, tentu fakta ini sangat logis bukan mimpi atau halusinasi apalagi pembohongan sejarah. Sebab komitmen khalifah Umar dengan tuntunan syariat, qur'an dan sunnah begitu kuat dan jelas. Fakta rahmat atau kebaikan, kemashlahatan bagi seluruh alam, menurut para muffasir juga dimaknai kesejahteraan yang tanpa batas.
Sekarang mau berharap negara hadir dalam sistem kapitalisme demokrasi saat ini, untuk menjamin semua kebutuhan rakyat? Sekarang rakyat pun sudah bisa merasakan. Dalam konsep kapitalisme negara cuma regulator, fasilitator. Rakyat hanya dihibur janji dan dibuai mimpi, lalu saat melihat kenyataan tak seindah slogannya. Benang rapuh untuk merajut cita itu hakekatnya adalah ideologi kapitalisme ini. Apapun siapapun kabinetnya...jangan terlalu yakin sebab negri ini tengah merajut tujuan dengan benang yang rapuh...ada rakyat yang menunggu lubang dan koyak bermunculan, namun adapula rakyat yang ikhlas ingin menyelamatkan negri berjuang menawarkan benang terbaik dari sumber terpercaya untuk bersama merajut cita-cita Indonesia yang lebih besar, itulah islam dari Allah swt pemilik semesta alam.wallohu'alam..




Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter