Rezim Jilid II Beraksi, Mau dibawa kemana negri ini

Oleh Rusmiyanti


 Pelantikan presiden dan wakilnya telah dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2019 yang lalu, dan pembentukan Kabinet Menteri Jilid II pun telah dilakukan, yang diberi nama Kabinet Indonesia Maju (KIM). Masyarakat Indonesia tentu berharap pada Kabinet Indonesia Maju ini yang akan membawa Indonesia akan lebih baik lagi, baik dari segi ekonomi, pendidikan, pelayanan kesehatan, dll.

 Dari awal mula pelantikan KIM ini, sebenarnya sudah muncul berbagai permasalahan yang bersumber dari kabinet sebelumnya. Tapi, isu radikalismelah menjadi topik utama permasalahan yang dibawa oleh KIM, padahal masih banyak masalah yang lebih penting untuk ditangani. Radikalisme sebenarnya hanya untuk menutupi kegagalan yang dilakukan pemerintah. Radikalisme hanya dijadikan alat untuk memecah belah ummat. Yang lebih memprihatinkan lagi, Menag bukannya mengayomi masyarakat agar lebih baik, akan tetapi malah menciptakan keresahan dengan terus menerus mencari kesalahan, terutama pada Ummat Islam. Mempermasalahkan cadar/niqob, celana cingkrang, juga tentang dakwah yang ada di masjid, dengan terus menggembar-gemborkan isu radikalisme atas masalah itu.
 Selain itu, jika kita melihat Menteri Pendidikan yang tidak punya basic dunia pendidikan, dan presiden memerintahkan menterinya untuk melahirkan generasi yang siap kerja saja. Seharusnya, pendidikan menjadikan anak berkarakter, berakhlak baik, berkompetensi, dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Karena, banyaknya pengangguran saat ini, bukan karena tidak memiliki kompetensi tetapi mereka tidak punya lapangan pekerjaan. Dan ini sangat berkaitan dengan sistem pengaturan ekonomi yang banyak merugikan masyarakat.
Masalah korupsi, kerusuhan, dan sebagainya, erat kaitannya dengan masalah yang terjadi antara pendidikan karakter dan dijauhkan dari pendidikan agama. Karena, pendidikan seperti ini hanya akan melahirkan manusia robotik, yang pendidikannya hanya untuk pembangunan dan digunakan untuk menyangga sistem kapitalisme. Bisa dipastikan, kehidupan yang dijauhkan dari aturan Allah dan agama pasti akan semakin kacau.
Jika kita melihat semua masalah yang terjadi akhir-akhir ini, sebenarnya bukan hanya masalah radikalisme, melainkan adalah masalah ketidakadilan di hadapan hukum. Masalah-masalah ini seharusnya ditanggulangi seluruhnya oleh pemerintah. Dan kebijakan para penguasalah yang diharapkan dapat me-ri’ayah umat, dengan kebijakan yang menenteramkan umat, bukan malah meresahkan umat.
Pemimpin yang melakukan kemungkaran, yang telah melakukan kezaliman terhadap umat, haram mendukungnya. Karena, konsekuensinya sangat berat sebagaimana firman Allah dalam surat Hud [11]: 113, yang artinya, “Janganlah kalian cenderung kepada orang-orang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka. Sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolong selain Allah. Kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan.”
Pemimpin yang memiliki kesadaran, yang mecintai dan dicintai rakyatnya, yang mendoakan dan didoakan oleh rakyat, yang amanah, adil, serta menjalankan Syariat Islam secara kafahlah yang kita rindukan saat ini, agar bangsa ini menjadi bangsa yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter