Rezim Anti Islam Semakin Nyata di Jilid II

Oleh : Ratna Juwita

 Plt Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Tjahjo Kumolo mengatakan baru saja memberi sanksi disiplin berupa pencopotan jabatan atau non job terhadap aparatur sipil negara (ASN) yang mengunggah konten pro khilafah di media sosialnya.
(Jakarta, CNN Indonesia).


Tjahjo enggan menyebut rinci identitas sang Pegawai Negeri Sipil (PNS) tersebut. Namun Tjahjo memastikan orang tersebut bekerja sebagai ASN di Kantor Wilayah Kemenkumham Balikpapan.

"Salah satu pegawai di Kanwil Kumham di Balikpapan. Saya minta pada Irjen untuk mengusut dan langsung dinonjobkan," kata Tjahjo saat ditemui usai Rakornas Simpul Strategis Pembumian Pancasila di Hotel Merlyn Park, Jakarta, Rabu (16/10).

Dalam tangkapan layar yang ditunjukkan Tjahjo kepada awak media, ASN tersebut mengunggah kalimat "Era Kebangkitan Khilafah telah Tiba".

Mantan Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menyebut tak akan memberi toleransi bagi para abdi negara yang tak setuju dengan Pancasila.

Ia membuka peluang untuk memecat ASN di lingkungan Kemendagri, Kemenkumham, dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) lain yang pro khilafah.

"Kalau ada yang nyinyir apalagi memasalahkan ideologi Pancasila, menyebarkan ideologi lain selain Pancasila, ya kami nonjobkan," tandasnya.

Fakta di atas jelas menunjukan bahwa rezim saat ini terlihat panik, dengan dalih bertentangan dengan pancasila, maka siapapun akan di ringkus jika berseberangan dengan rezim terlebih lagi jika mengumandangkan syariat Islam sebagai solusi permasalahan negeri ini.

Mengutip perkataan ustadzah Iffah Ainur Rochmah “Pun rezim ini adalah rezim represif anti Islam. Semena-mena. Sikap kebijakan dan seluruh atribut kepemimpinan yang dimiliki adalah untuk menentang Islam, memberikan kesulitan bagi umat Islam, juga untuk menentang dakwah Islam. Dimuhasabahi, dinasehati, dia enggan menerima nasehat. Rezim ini tak memberi kesempatan kepada umat Islam untuk membela agamanya, ini rezim anti Islam.”

Mengoreksi Penguasa dikenal dengan istilah Muhasabah Lil Hukkam di dalam Islam. Mengoreksi yang lalai, salah dan keliru, termasuk perkara yang umum bagian dari agama ini.

Salah satu hadits yang mendorong untuk mengoreksi penguasa, menasihati mereka, adalah hadits dari Tamim al-Dari r.a bahwa Nabi Muhammad SAW, bersabda: “Agama itu adalah nasihat”.

Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?” Nabi saw bersabda: “Untuk Allah, kitab suci-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada umumnya.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad. Lafal Muslim).
Allah swt telah mewajibkan kaum Muslim untuk mengoreksi penguasa, mencegah kemungkarannya, mengubah kelalimannya, dan menasehatinya. Hal ini dilakukan jika mereka mendzalimi hak-hak rakyatnya, menelantarkan kewajiban-kewajibannya, mengabaikan urusan rakyat, menyimpang dari syariat Islam, atau berhukum dengan aturan-aturan kufur.

Namun nyatanya hal ini tidak berlaku ketika Islam hanya diakui sebagai agama ritual dan dilarang hadir untuk mengatur kehidupan manusia.

Seperti umat Islam yang ada di Indonesia. Umat Islam di sini diatur dibawah sebuah sistem yang dikenal dengan kapitalisme-demokrasi. Konsep yang nyatanya dibilang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat menjadikan kekuasaan diatas "rakyat". Faktanya hal ini tidak berlaku karena yang lebih dominan adalah konsep kapitalisme yang men-dewakan para pemilik kapital (modal).

Dalam demokrasi sudah lazim dikenal tidak ada teman ataupun lawan sejati, yang ada adalah kepentingan sejati. Inilah nyata, ketika ada seseorang atau kelompok yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah, maka dengan nyata pemerintah melakukan tindakan yang "berlebihan", meski awalnya adalah kawan.

Padahal, kondisi bersebrangan yang terjadi hanya tataran ide dan nasihat. Bukan mengangkat senjata bahkan meruntuhkan kekuasaan. Namun, tindakan mengoreksi ini ternyata diharamkan oleh demokrasi sekuler.

Kebijakan rezim yang tidak berpihak terhadap Islam hanya akan mendatangkan malapateka bagi rezim itu sendiri. Cukuplah belajar dari keruntuhan orde lama,mbangnya Kemalisme. Sebab, kebangkitan umat bukan hanya mitos belaka, kondisi itu benar adanya dan hari ini kita umat Islam Indonesia tampil untuk menyongsong kebangkitan itu. Mengembalikan kejayaan serta kedaulatan bangsa, sebab Islam sejatinya hadir bukan hanya sekedar berasumsi. Lebih dari itu Islam hadir sebagai solusi.

Hanya sistem Islam-lah yang akan menjaga manusia dari kerusakan karena sistem ini nyata berasal dari Allah SWT, Al-Khaliq Al-Mudabbir. Islam adalah Rahmat untuk seluruh Alam, maka solusi Islam juga untuk semua baik muslim ataupun non-muslim.
Wallahu 'alam bi as shawab. orde baru, runtuhya Soviet serta tu

Komentar

Postingan Populer

Pengunjung

Flag Counter