Pelantikan Puan, Tak Menjanjikan Perubahan
Oleh Restu Febriani
Putri mantan presiden ke-5
Republik Indonesia, Puan Maharani Soekarnoputri yang merupakan anak dari Ibu
Megawati Soekarnoputri resmi dilantik menjadi ketua DPR RI periode 2019-2024
pada 1 oktober 2019. Puan Maharani berhasil memecahkan telor, karena menjadi
ketua DPR RI perempuan pertama di Indonesia.
Seperti yang
dilansir dalam tempo.co Jakarta “Politikus PDIP, Puan Maharani
mengaku bangga karena partai menunjuknya menjadi calon Ketua DPR."Pecah
telor pimpinan DPR perempuan setelah 70 tahun. Semoga bisa menjadi inspirasi
lah," kata Puan Maharani di Ruangan Fraksi PDIP, Lantai 7 Nusantara I,
Kompleks Parlemen, Senayan pada Selasa, 1 Oktober 2019”. Meskipun Pelantikan DPR RI
tersebut dilakukan di tengah unjuk rasa mahasiswa menentang revisi KPK dan
RKUHP.
Usai dilantik, Ketua DPR
Puan Maharani menjanjikan kepada masyarakat akan ada perubahan dari kinerja
DPR. Namun, tambahnya, perlu waktu dan proses agar DPR bisa berubah menjadi
lebih baik. Apalagi, DPR baru beberapa hari bekerja setelah dilantik pada 1
Oktober lalu. (era.id, 7/10/2019)
Maka, akankah DPR yang dipimpin oleh Puan Maharani dapat memberikan perubahan yang
diharapkan oleh masyarakat benar-benar terbukti?
Nyatanya, sudah 12 kali pemilu dilaksanakan di
Indonesia tidak mampu merubah masyarakat ke arah yang lebih baik. Sejak masa
peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru hingga masa reformasi. Masyarakat semakin
sengsara, kemiskinan, kezaliman dan kesenjangan ekonomi malah semakin tinggi.
Bukan hanya kelaparan dan penderitaan hidup yang dirasakan, tetapi kerusakan
dan perpecahan semakin nyata di tengah-tengah masyarakat.
Kalau yang dikehendaki itu adalah
perubahan sistem kehidupan, demokrasi hanya memberikan perubahan orang/rezim.
Sistem yang diterapkan sama: sekular. Sekadar contoh, Indonesia dari awal
kemerdekaan tetap menjalankan sekularisme. Memang, terjadi perubahan pendekatan
mulai dari Sosialisme pada Orde Lama, Kapitalisme pada Orde Baru, dan
Neoliberalisme pada era Orde Reformasi. Namun, sistemnya tidak berubah:
sekularisme.
Faktanya demokrasi hanya menjadi
pemuas ambisi para pemburu kekuasaan. demokrasi
telah dijadikan alat oleh para pemilik modal dan calon-calon legislatif untuk
bekerja sama, berlomba menguasai kekayaan negara, membangun korporasi dan rezim
baru untuk menguasai rakyat. Demokrasi adalah jalan bagi para pemilik modal
Asing dan Aseng menguasai kekayaan negara dan rakyat. Mereka hadir untuk
menjajah negeri-negeri kaum muslimin atas nama investasi.
Dengan
demikian, berharap adanya perubahan hakiki pada demokrasi ibarat punduk
merindukan bulan. Utopis!
Pelantikan Puan Maharani, ditengah posisi Megawati
sebagai pemegang kekuasaan, dan Jokowi sebagai petugas partai hanya menyiratkan
bahwa konsep trias politica dalam
sistem demokrasi bohong adanya!
Para pengusung demokrasi sering mengklaim bahwa
demokrasi menjamin kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan, mampu memberikan
garansi kebebasan dan persamaan serta mampu menawarkan kemajuan peradaban.
Faktanya, semuanya dusta belaka.
Kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan yang dijanjikan
oleh demokrasi hanya berlaku bagi segelintir orang yang memiliki kekuasaan dan
modal. Demokrasi hanya akan berpihak pada penguasa dan para para pemilik modal
Asing dan Aseng untuk melanggengkan penjajahan sistemisnya dalam segala aspek
(politik, ekonomi maupun sosbud).
Lebih dari itu, sejarah telah membuktikan bahwa
perubahan melalui demokrasi adalah utopis. Selama pemilu digelar di Indonesia
tidak mampu melahirkan perubahan mendasar yang terjadi hanya perubahan orang
dan rezim. Tidak mampu merubah sistem politik ke arah yang lebih baik justru
membuka peluang masuknya cengkraman asing melalui lahirnya puluhan UU dari DPR
dan pemerintah yang semakin mengokohkan dominasi Asing dan Aseng untuk menjajah
negeri ini. Apalagi RKUHP yang sedang kontroversial saat ini.
Fakta ini semakin menambah bukti bahwa pemilu yang
didesain oleh demokrasi hanya untuk memilih dan mengganti orang-orang
yang ada di parlemen dan pemerintahan demi mempertahankan demokrasi itu sendiri
bukan untuk melakukan perubahan.
Jalan Perubahan Menurut Islam
Di dalam Islam demokrasi bukan jalan menuju perubahan.
Perubahan yang harus di lakukan umat saat ini adalah lahirnya kesadaran
bahwa alam demokrasi adalah sebuah sistem yang rusak dan merusak. Kerusakan
yang bersumber dari ideologi demokrasi kapitalis yang memiliki landasan
sekulerisme sebagai asas kehidupan merupakan biang dari segala persoalan hidup
mereka.
Sudah saatnya bangsa ini mencampakan demokrasi dan
kembali menerapkan sistem Islam yang menjanjikan perubahan ke arah yang lebih
baik dan penuh berkah.
Perubahan yang akan diterapkan oleh Islam adalah
perubahan yang menyeluruh terhadap seluruh aspek kehidupan bukan perubahan yang
bersifat parsial. Perubahan yang diperoleh dari dukungan umat , ahlul quwwah,
atau orang-orang yang memiliki kekuatan politik, militer dan ekonomi
karena proses pembentukan kesadaran akan pentingnya penerapan syariah
melalui jalan dakwah.
Dakwah merupakan jalan satu-satunya menuju perubahan
hakiki untuk membentuk kesadaran umum di tengah masyarakat menuju tegaknya
syariah dan khilafah yang akan mewujudkan Islam rahmatan lilalamin di seluruh
dunia.
Wallahu’alam bisshowab
Komentar
Posting Komentar