Ancaman kekeringan bukan Sekedar Fenomena Alam
Ketika manusia bertindak seenaknya terhadap alam, alampun akan merespon tindakan manusia sebesar kadar kerusakan yang dibuat manusia. Ada akibat pasti ada sebab....Alam punya cara membahasakan jawaban atas perilaku manusia.
Mengeksploitasi alam secara serakah ala kapitalisme, hutan tropis habis, emisi gas karbon industri dan kendaraan yang luar biasa.....maka alam menjawab dengan iklim yang diluar kendali dan tak terukur. BMKG menyalahkan el nino sebagai salah satu biang keladi tak jelasnya batas antara kemarau dan penghujan. Lebih dahsyat lagi terjadinya Global warming (Pemanasan global) berdampak pada "climate change" yang merusak struktur es di kutub, para peneliti memaparkan temuan mencairnya es di kutub akibat global warming telah "menghidupkan" ribuan bakteri patogen juga virus yang selama ini dorman (tidur). Pulau-pulau tenggelam, dan dampak lain tentunya.
Lihat lah negri kita Indonesia yang reputasinya dulu sebagai paru-paru dunia, penyumbang oksigen bagi ekosistem dunia...kini reputasi itu musnah seiring kebijakan pemberian HGU/HPH pada para kapitalis (itupun masih ditegur penguasa rezim karena dianggap mempersulit izin bagi investor!!). Lihatlah pula lahan gambut Indonesia yang fungsinya dalam ekosistem dunia sebagai penyimpan karbondioksida yang membantu bumi menjaga stabilitas iklim, terbakar atau sengaja dibakar para kapitalis untuk lahan sawit, yang memonopoli industri minyak sawit di Indonesia. Alam menjawab dengan kepulan asap berbahaya berbulan lamanya dan sporadis akibat besarnya deposit karbondioksida pada gambut. Asap ini jadi penyebab ISPA dan kematian balita tempo lalu...semua ini bukan sekedar fenomena alam, musibah ini buah kerakusan kapitalisme!
Para kapitalis itu tertawa dengan untung besar diatas derita sesak nafas dan kematian rakyat! Negara diam...tak jelas sampai saat ini status hukum atas karhutla (kebakaran hutan dan lahan) oleh para kapitalis pemilik perusahaan besar. Rezim tak punya nyali menyeret para kapitalis yang telah mendukung kekuasaan nya, walau pun rakyat sekarat menanggung derita. Bahkan rezim berani mengumbar data palsu di debat capres tak ada karhutla dalam tiga tahun terakhir...dua hari setelah itu, alam menjawab data palsu ini dengan karhutla di Riau. Sungguh menyedihkan!
Negri ini adalah habitat kayu-kayu yang berkelas dunia, untuk farmasi, meubel, pangan, pertanian kerajinan dan lain-lain..demi uang, pohon di hutan ditebang secara membabi buta, perilaku buruk membuang sampah dan limbah ke laut, sungai dan danau. Akhirnya manusia juga yang harus menanggung konsekwensinya. Hukum alam berlaku, alam langsung merespon perilaku buruk manusia dengan bahasanya yang tegas, yaitu bencana!!. hutan tak lagi bisa menyimpan air tanah karena tak ada lagi akar yang menyimpan air hujan. Air sungai meluap menjadi banjir karena sampah menumpuk. Biota air musnah dihabisi bahan berbahaya yang dikandung sampah. Saat curah hujan menurun, kemarau tiba, bencana kekeringan menggintai.
Indonesia saat ini dalam kondisi darurat air bersih! Di banyak wilayah, air bersih jadi isu strategis. Kekeringan juga berdampak pada ketahanan pangan karena banyak lahan padi puso. Janji manis rezim dulu saat kampanye untuk irigasi, dan pangan...cuma isapan jempol, semua berakhir import.
Padahal air adalah kebutuhan asasi yang wajib dijamin negara dan difasilitasi negara dengan gratis. Air bersih yang seharusnya milik umum, malah diberikan izin usaha pada swasta apalagi asing , mereka samasekali tidak boleh menguasainya. Negara membiarkan PT danone, Aqua dan beberapa perusahaan air minum, mineral juga properti menyerobot hak rakyat banyak. Bahkan mereka berani mengemplang pajak! Kekeringan dan kelangkaan air bersih adalah musibah yang pasti terjadi karena kesalahan manusia yang mengurus tata kelola air dengan kapitalisme.
Disatu sisi kita manusia memang salah dalam memperlakukan alam namun disisi lain, kita tidak hanya melihat semua ini sebagai fenomena alam yang lazim. Semua ini juga harus dilihat dari sisi iman dan dipahami sebagai akibat adanya kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat manusia. Alloh berfirman dalam surat al maidah: 49, bahwa musibah yang dialami manusia adalah akibat dosa-dosa maksiat manusia. Paparan diatas jelas sistem kapitalisme memaksa individu, masyarakat dan negara untuk berlomba ambil untung, dengan menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan sebesar-besarnya. Tak memperhatikan daya dukung alam, bagi negara maju dan kaya mereka dengan cadangan kas negaranya mampu menjaga lingkungan dan mendidik warganya untuk turut menjaga lingkungan. Namun di negri miskin yang jadi jajahan/ bonekanya, negara kaya mengeksploitasi alam negara boneka dengan prinsip-prinsip kapitalis sejati yaitu imperialisme (penjajahan). Itulah fakta negri kita Indonesia. Allah menegur kita dengan sederet bencana di Indonesia, termasuk kekeringan.
Pembangunan adalah konsekwensi dari pertambahan penduduk dan kemajuan, namun bukan berarti tidak bijaksana dengan alam. Itu sebabnya syariah islam datang untuk mengatur bagi kemashlahatan rakyat. Sebab alam memang Allah anugrahkan untuk itu. Manusia dididik menjadi mushlihuun (memperbaiki) bukan mufsiduun (merusak). Pembangunan dilakukan berbasis aqidah agar mendatangkan berkah (QS Al A'rof : 96). Sejarah kekhilafahan selama 13 abad mengajarkan kita bagaimana menjaga konservasi alam, menghidupkan tanah mati, anjuran menanam pohon..Kembalilah pada Syariah islam yang kaaffah, maka alam pun berkah ...wallohu'alam
Komentar
Posting Komentar